PADANG, HARIANHALUAN.ID — Dampak bencana hidrometeorologis yang melanda Sumatra Barat dalam sepekan terakhir tidak hanya merusak infrastruktur dan merenggut nyawa manusia, tetapi juga menghantam keras sektor peternakan.
Data sementara yang dihimpun Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Sumbar menunjukkan kerugian besar pada ternak warga di berbagai daerah terdampak banjir bandang, galodo, dan longsor.
Kepala Disnakeswan Sumbar, Sukarli mengatakan data sementara yang masuk berasal dari 8 Kabupaten/kota, mencakup 37 kecamatan dan 103 nagari/desa/kelurahan.
“Angka ini masih sangat mungkin bertambah, karena beberapa wilayah masih sulit diakses dan proses pendataan berlangsung bertahap,” ujar Sukarli, Minggu (30/11).
Ia mengatakan, sektor ternak besar mencatat kerugian signifikan, terutama pada komoditas sapi. Tercatat 159 ekor sapi mati, 10 ekor terluka atau sakit, serta 17 ekor terlantar akibat kandang rusak dan padang penggembalaan yang tersapu banjir.
Total sapi terdampak mencapai 591 ekor, melibatkan 25 peternak di wilayah yang dilanda bencana.
“Banyak sapi yang terseret arus galodo, ada pula yang ditemukan terjebak lumpur dan mengalami luka serius,” kata Sukarli.
Untuk kerbau, laporan sementara mencatat 2 ekor mati dan total 32 ekor terdampak, dengan 7 peternak mengalami kerugian. Ia menyebut kerbau umumnya berada di area rawan aliran debris dan material longsor.
Kategori ternak kecil seperti kambing dan domba juga terdampak, dengan 13 ekor mati dan total 187 ekor masuk kategori terdampak, berasal dari 6 peternak.
Kerugian paling besar secara jumlah terjadi pada sektor unggas. Setidaknya 2.150 ekor unggas mati, 200 hilang, dan total terdampak mencapai 4.420 ekor.
Sebanyak 8 peternak unggas melaporkan kerugian besar akibat kandang yang hanyut, tertimbun, atau tidak lagi bisa beroperasi.
“Unggas merupakan komoditas yang paling sulit diselamatkan ketika banjir bandang datang tiba-tiba. Banyak kandang yang rata dengan tanah,” ujar Sukarli.
Disnakeswan Sumbar memastikan pendataan kerugian ternak terus diperbarui. Tim medis veteriner di lapangan saat ini juga melakukan pemeriksaan kesehatan ternak selamat, memetakan potensi penyakit pascabencana, dan menyiapkan kebutuhan obat-obatan serta desinfeksi kandang warga.
“Kami fokus pada pengendalian risiko penyakit dan memastikan ternak yang tersisa tetap sehat. Bantuan obat-obatan dari pusat juga sudah mulai berdatangan,” jelas Sukarli.
Ia menegaskan bahwa sektor peternakan menjadi salah satu prioritas dalam pemulihan pascabencana karena banyak keluarga di daerah terdampak menggantungkan hidup pada ternak sebagai aset ekonomi utama.
“Kerugian ini bukan sekadar angka. Ini sumber nafkah masyarakat. Kami memastikan pemulihan berjalan cepat dan terarah,” tutupnya. (*).














