PESISIR SELATAN, HARIANHALUAN.ID – Banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, di penghujung November lalu, tak hanya menyisakan lumpur dan puing, bencana ini juga meninggalkan cerita getir tentang warga yang kehilangan tempat tinggal mereka, perabotan rumah tangga, sejumlah ternak, bahkan rasa aman.
Di beberapa sudut, aroma tanah basah bercampur kepedihan terlihat dari wajah para ibu yang kebingungan mencari kebutuhan makan anaknya. Namun di tengah suasana muram itu, secercah harapan datang bersama rombongan kecil yang dipimpin seorang perempuan tangguh, Lisda Hendrajoni.
Pagi itu, Ketua TP-PKK Kabupaten Pesisir Selatan tersebut hadir bukan sekadar sebagai pejabat, melainkan sebagai sosok ibu bagi ratusan warga yang tengah berjuang bangkit. Dengan langkah pelan namun pasti, Lisda menapaki jalan-jalan berlumpur untuk memastikan satu hal, yakni bantuan harus sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan.
“Kami hadir membawa amanah dan kepedulian. Semoga 500 paket sembako ini dapat sedikit meringankan beban masyarakat Ranah Pesisir,” ucap Lisda di sela-sela penyaluran bantuan, Rabu (3/12/2025). Kalimat itu langsung disambut anggukan penuh harap dari warga yang berbaris rapi menunggu giliran.
Di empat titik terdampak paling parah, Lisda bersama relawan, serta rombongan dari Dinas Sosial dan DPRD turun tangan tanpa ragu. Mereka tidak hanya menyerahkan paket sembako yang berisi beras, minyak goreng, gula, mie instan, hingga kebutuhan pokok lainnya, tetapi juga perlengkapan bayi bagi keluarga yang memiliki balita.
“Karena bayi tak mungkin menunggu, ya,” kata Lisda sambil menyerahkan satu set popok dan pakaian bayi kepada seorang ibu muda yang matanya berkaca-kaca.
Di salah satu lokasi, seorang nenek memeluk bantuan sembakonya erat-erat seolah memegang kembali harapan yang hampir tenggelam bersama luapan air.
“Alhamdulillah. Terima kasih Ibu Lisda. Bantuan ini sangat berarti bagi kami,” ujarnya dengan suara bergetar.
Lisda hanya tersenyum, menepuk lembut bahu sang nenek. “Yang penting ibu sehat. Kita bangkit sama-sama, ya,” balasnya.
Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI, Lisda memahami betul betapa krusialnya pemenuhan kebutuhan dasar pasca-bencana. Itulah mengapa ia memastikan pendistribusian berjalan tepat sasaran, dan menyentuh kelompok paling rentan. Kadis Sosial Pesisir Selatan, Ilham, serta Anggota DPRD Dapil IV, Novermal, turut mengawal proses tersebut hingga ke titik terakhir.
Bagi warga Ranah Pesisir, bantuan itu bukan hanya soal paket sembako, lebih dari itu, bantuan tersebut adalah simbol perhatian, wujud kepedulian, dan energi untuk bangkit kembali.
Di sela-sela tumpukan sampah pascabanjir dan dinding rumah yang mulai mengering, semangat gotong royong kembali terasa. Para relawan bekerja membersihkan rumah warga, anggota TP-PKK memberikan dukungan moral, sementara Lisda terus memantau kondisi lapangan, memastikan tidak ada warga yang merasa terabaikan.
Aksi kemanusiaan ini melengkapi upaya Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dan tim gabungan dalam penanganan darurat. Namun kehadiran Lisda dan rombongan memberikan sisi lain yang lebih menyentuh, yaitu sentuhan keibuan yang membuat warga merasa bahwa mereka tidak hanya dibantu, tetapi dirangkul.
Hari itu Ranah Pesisir mungkin masih berkutat dengan lumpur dan rumah yang belum selesai dibersihkan. Namun ada sesuatu yang menguatkan di hati warga, yaitu keyakinan bahwa mereka tidak berjalan sendiri dalam menghadapi musibah.
Karena di tengah duka, selalu ada tangan-tangan yang bekerja dengan niat tulus. Dan salah satu tangan itu datang dari seorang perempuan bernama Lisda Hendrajoni yang pagi itu, di Kecamatan Ranah Pesisir, menjadi wajah dari harapan itu sendiri. (*)














