PADANG, HARIANHALUAN.ID — Derasnya hujan yang kembali mengguyur Kota Padang dan sekitarnya pada Minggu (7/12/2025) sore membuat Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy gelisah dan Khawatir
Dalam situasi kritis pasca hantaman Galodo yang menerjang sejumlah daerah, Wagub Vasko spontan menghubungi Kepala BMKG Stasiun Minangkabau, Desindra Deddy untuk meminta penjelasan langsung terkait potensi ancaman cuaca.
Momen percakapan telepon itu diunggah melalui akun Instagram resminya. Video itu menunjukkan ekspresi tegang, cemas sekaligus waspada seorang wakil kepala daerah yang sedang bergelut dengan kondisi bencana ekologis yang belum mereda.
“Apakah hujan kali ini akan berlangsung lama?” tanya Vasko dalam rekaman tersebut—sebuah pertanyaan yang menggambarkan kegelisahan sebagian besar warga Sumbar yang masih trauma pascagalodo dan longsor beruntun.
Desindra menjelaskan bahwa kondisi cuaca di Kota Padang relatif aman. Namun ia mengingatkan adanya potensi besar pada wilayah-wilayah yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan parah akibat galodo.
“Yang kita khawatirkan adalah daerah yang sudah robek dan punya potensi longsor. Baru saja dilaporkan di IV Koto Agam, Pasaman, dan Lubuk Sikaping,” ujar Desindra melalui sambungan telepon.
Laporan yang diterima BMKG menyebutkan bahwa rekahan longsor baru yang terpantau di sejumlah titik kini membentang sepanjang sekitar satu kilometer dengan lebar mencapai tiga puluh sentimeter.
Kondisi tersebut, menurut BMKG sangat rawan karena struktur tanah pada area bekas longsoran sudah rapuh, tidak stabil dan mudah kembali bergerak.
“Jadi ada potensi longsor baru karena daerah sebelumnya sudah lemah,” jelas Desindra mengungkapkan.
Ia juga melaporkan bahwa BMKG bersama sejumlah lembaga teknis masih melanjutkan operasi modifikasi cuaca (OMC).
Langkah ini dilakukan untuk mengalihkan dan mengelola intensitas hujan, terutama guna mendukung percepatan perbaikan ruas vital Padang–Bukittinggi di kawasan Silaiang, Lembah Anai, Mega Mendung hingga gerbang kembar Padang Panjang.
Menurut Desindra, stabilitas cuaca di kawasan jalur utama tersebut menjadi faktor krusial. Tanpa intervensi modifikasi cuaca, proses penanganan kerusakan jalan dikhawatirkan akan terhambat dan memperpanjang masa isolasi sejumlah daerah.
Situasi cuaca yang berubah cepat, rekahan longsor yang semakin melebar, serta sisa kerusakan ekologis yang belum pulih membuat Sumbar masih berada dalam fase rawan.
Pemerintah mengimbau masyarakat, terutama di daerah hulu sungai dan lereng curam, untuk memperhatikan tanda-tanda bahaya dan segera mengungsi bila diperlukan. (*)














