Laporan: Mitha Melanie Putri/Pariaman
Di antara suara angin yang menyapu perlahan dan gemericik air yang tenang, Muaro Mati di Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara Padang Pariaman menjelma menjadi ruang baru bagi siapa saja yang ingin jeda sejenak dari riuhnya kehidupan sehari-hari.
Kawasan ini mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, namun bagi mereka yang pernah duduk di rumput hijaunya, menyandarkan punggung pada tiupan angin yang lembut, Muaro Mati adalah destinasi yang mudah membuat rindu.
Tidak ada loket tiket di gerbang masuknya. Pengunjung cukup membayar parkir yang dikelola oleh masyarakat setempat, sebuah sumbangan kecil untuk menjaga kawasan tetap hidup dan ramah.
Sisanya, pengunjung bebas memilih cara menikmati hari baik dengan duduk santai, menggelar tikar, berfoto, atau sekadar berjalan menyusuri tepian muaro yang tenang.
Untuk mencapai lokasi ini pun tidak sulit. Dari Stasiun Pasar Pariaman, perjalanan menuju Muaro Mati menempuh waktu lebih kurang 45 menit dengan mobil pribadi, atau sekitar 37 kilometer melalui jalur utama yang menghubungkan pusat kota dengan kawasan pesisir Tiku.
Jalannya relatif mulus, dan sepanjang perjalanan pengunjung dapat menikmati pemandangan bukit dan kebun kelapa yang berdiri di sisi kiri-kanan.














