HARIANHALUAN. ID – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 41 Padang berlokasi di Jalan Kampung Jambak, Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji merupakan sekolah yang terdampak banjir yang melanda Kota Padang pada 27 November 2025 lalu.
Lokasi sekolah yang bagian belakangnya berbatasan langsung dengan Sungai Guwo membuat air dengan cepat masuk ke area sekolah. Ketinggian air saat itu mencapai sekitar 10 sentimeter dan membawa lumpur sehingga setiap hujan deras terjadi kecemasan.
Kepala Sekolah Drs.Amridas mengatakan meski sekolah sempat terkena banjir, proses Belajar Mengajar (PBM) tetap berjalan. Pembersihan lingkungan sekolah dilakukan secara swadaya oleh guru dan murid.
“Dampak dari banjir kemarin menyebabkan sejumlah buku dan peralatan sekolah terendam. Untuk air bersih, kami kesulitan karena truk damkar atau tangki tidak bisa masuk akibat akses jalan yang tidak memadai,” ujar Kepala Sekolah kepada Haluan, Jumat (12/12/25).
Ia menambahkan, SMP Negeri 41 Padang termasuk sekolah yang rawan banjir. Pada tahun 2024, sekolah ini juga pernah terendam banjir setinggi lebih dari satu meter, meski kala itu air tidak berlumpur seperti kejadian terbaru.
Dikatakan Kepala Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova, telah meninjau langsung kondisi sekolah pada Kamis (11/12/25). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dampak banjir sekaligus memastikan PBM tetap dapat berlangsung meski dalam kondisi terbatas.
“Setiap hujan datang kami selalu cemas karena sekolah berbatasan langsung dengan Sungai Guwo. Kami berharap pemerintah segera membangun dam atau penguat tebing di aliran sungai tersebut, serta memberikan bantuan pagar di belakang sekolah. Halaman sekolah juga butuh paving block agar tidak becek dan kotor sehingga warga sekolah bisa beraktivitas lebih nyaman,” jelas Kepsek yang sudah menjabat selama 2 tahun di SMPN 41.
Saat ini SMP Negeri 41 Padang memiliki 14 rombongan belajar (rombel) dengan total 414 siswa. Kondisi belakang sekolah yang langsung menghadap aliran sungai juga menimbulkan kekhawatiran, karena siswa dikhawatirkan bermain terlalu dekat dengan area sungai. Pihak sekolah berharap adanya perhatian dan langkah konkret dari pemerintah untuk memastikan keamanan warga sekolah dan keberlangsungan PBM.(sil)














