Oleh : Betty Wijaya
Kenyataan Pahit yang Tidak Pernah Kita Rencanakan
Beberapa minggu terakhir, berita banjir bandang di Sumatera Barat memenuhi timeline kita.
Rumah hanyut. Usaha hilang.
Aset yang dikumpulkan bertahun-tahun lenyap dalam hitungan jam.
Dan yang paling menyentuh hati…
banyak keluarga yang kehilangan sumber penghasilan dalam sekejap,
karena semuanya musnah tersapu air.
Lalu setelah air surut… muncul pertanyaan yang jauh lebih besar:
“Bagaimana kehidupan setelah banjir bandang, ketika semua harus dimulai dari nol?”
Dalam bencana seperti ini, kita melihat satu hal indah:
bantuan mengalir dari mana-mana.
Relawan berdatangan.
Sumbangan mengalir.
Karena naluri manusia memang… ingin menolong sesama.
Namun…
ada satu jenis musibah yang tidak terlihat oleh kamera,
tidak disiarkan di televisi,
dan tidak ada relawan yang datang membantu.
Musibah itu adalah bencana keuangan pribadi.
Ketika Musibah Tidak Datang dari Alam, Tapi dari Kehidupan
Musibah tidak selalu berbentuk banjir atau longsor.
Sering kali bentuknya jauh lebih halus…
lebih dingin…
lebih mematikan:
kehilangan pekerjaan,
gagal usaha,
penurunan penghasilan,
atau sakit kritis yang membuat kita tidak bisa bekerja.
Teman saya manager sebuah perusahaan , kena tumor otak ,beberapa bagian tubuh lemah ,kemampuan ingatan menurun dia berobat dan butuh waktu lama utk penyembuhan,perusahaan tidak bisa menunggu dia sehat,dengan pesangon dia di bebas tugaskan ,dia masih di kasih jatah pengobatan selama setahun dengan tanggungan perusahaan ,setelah itu harus biaya sendiri.
Bisa kebayang kah dari mana sumber uang nya lagi ?
Dan di sinilah ironi terbesar hidup:
👉 Saat terjadi bencana alam, bantuan datang dari banyak orangtanpa diminta
👉 Tapi saat terjadi bencana keuangan pribadi… hampir tidak ada yang bisa menolong.
Karena saat kita kehilangan penghasilan,
masyarakat tidak membuat “donasi khusus untuk keluarga kita”.
Tidak ada relawan yang datang membawa sembako.
Tidak ada yayasan yang membangunkan rumah baru.
Saat bencana alam terjadi, orang-orang ingin menolong.
Tapi saat keluarga kita mengalami bencana keuangan tidak ada relawan yang peduli …dunia tetap berjalan seperti biasa yang merasakan susahnya hanya keluarga saja.
Tagihan tetap datang.
Kebutuhan tetap harus dipenuhi.
Dan kehidupan tidak menunggu kita pulih.
Inilah titik di mana banyak orang menyadari:
“Seandainya aku punya penghasilan cadangan…uang yang tetap masuk walaupun tidak bisa beraktifitas,musibah ini tidak akan membuatku runtuh.”
Membangun Fondasi Keuangan yang Tetap Berdiri Meski Kita Tidak Bisa Bekerja lagi.
Zaman sekarang, 1 penghasilan saja tidak cukup karena income perkapita indonesia masih rendah, sementara tingkat inflasi melaju dengan kencang.
Kita perlu sistem yang bisa tetap berjalan walaupun kita sedang jatuh.
Kita perlu pondasi penghasilan yang tidak bergantung pada kondisi kesehatan, cuaca,ekonomi , politik maupun keadaan.
Dan di sinilah banyak orang mulai mengenal:
⭐ Mission Thirteen
Yaitu MISI dari satu komunitas yang bernama YDK GROUP INDONESIA dimana setiap orang dalam komunitas membantu 13 orang agar bisa mendapatkan kehidupan impian Sustainable income yaitu Sistem Income Berkelanjutan yang Tetap Mengalir Walau kita Tidak Bisa Bekerja karena kondisi tertentu, Sistem yang sudah di program sedemikian rupa sehingga bisa membuat terbentuknya percepatan income yang terus bertumbuh dan bisa di wariskan kepada keluarga sehingga income nya bisa berlanjut terus ke anak cucu
Mission Thirteen bukan peluang biasa.
Ini payung sebelum badai,
fondasi ekonomi modern yang dirancang untuk zaman yang penuh ketidakpastian.
Dengan Mission Thirteen, Anda memiliki:
✔ Income yang terus bertumbuh seperti akar—menjalar, meluas, memberi hasil berkali-kali
✔ Aset warisan untuk keluarga (bukan hanya income, tapi hak finansial)
✔ Perlindungan finansial jika Anda sakit dan tidak bisa bekerja
✔ Potensi income ratusan juta, dari modal sangat kecil
✔ Tanpa harus jual-jual produk
✔ Anda membantu orang… dan dari situlah income mengalir
MISSION THIRTEEN adalah sistem pasive income yang tetap bekerja…meski Anda tidak bisa bekerja.
Saat bencana menghantam Sumatera Barat, kita belajar satu hal besar:
Orang yang kuat bukan yang punya banyak harta,
tapi yang punya sistem penghasilan yang tidak ikut tenggelam saat hidup ambruk saat usaha utama hancur.
Pada kunjungan saya dibeberapa lokasi kejadian
Saya belajar benar dari bencana di kota Padang ,seorang ibu bercerita bahwa dia ada uang suka beli emas,dia lebih percaya investasi dengan beli emas .
di hari kejadian banjir itu, tidak ada hujan cuma air pasang,dia pikir air pasang biasa,dia masih sempat sholat di lantai atas karena lantai bawah sudah naik air becek becek dikit.
Lalu adiknya datang naik motor dia berteriak suruh kakaknya menggungsi,air sungai sudah tinggi dan melimpah.
Si ibu buru buru turun bawa suaminya karena suaminya tidak bisa melihat,maksudnya selamat kan dulu suaminya nanti dia balik lagi kerumah ,ketika dia mau balik lagi,rumah nya sudah hanyut jadi yang kebawa cuma baju di badan saja.
Emas yang dikumpulkan sedikit sedikit hanyut bersama rumahnya.
Dari Berita Banjir, Kita Belajar Apa?
Musibah mengajarkan dua pelajaran penting:
1️⃣ Hidup bisa berubah dalam detik yang tidak kita rencanakan.
2️⃣ Hanya orang yang punya sistem penghasilan yang kuat yang bisa bangkit lebih cepat.
Anda tidak perlu langsung join dengan Mission thirteen
Anda tidak perlu langsung memutuskan untuk membuat sumber income baru
Cukup pelajari dulu, buka mata dulu, buka hati dulu untuk mendengarkan.
karena mungkin inilah kesempatan yang sudah lama mencarimu.
Jika Anda ingin tahu bagaimana Mission Thirteen bisa menjadi
pelindung keuangan keluarga Anda
Anda ingin tanya-tanya dulu…
👉 Chat saya langsung di WhatsApp 0812 -1111 -7868 ( Betty )










