JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Akhmad Munir menegaskan bahwa pemberitaan bencana tidak semata-mata menyampaikan data statistik dan visual dramatis, tetapi harus mengedepankan aspek kemanusiaan.
Menurut Munir, kehadiran pers di tengah situasi bencana memiliki peran sebagai rujukan utama untuk membantu masyarakat tetap berpikir jernih saat dihadapkan pada ketidakpastian, kepanikan, dan kecemasan. Dalam kondisi tersebut, informasi yang akurat, terverifikasi, dan berimbang menjadi kebutuhan mendasar masyarakat.
“Pemberitaan bencana sejatinya adalah pemberitaan tentang kemanusiaan, ia tidak boleh direduksi hanya menjadi statistik korban, kerusakan, infrastruktur, atau visual dramatis semata,” kata Munir dalam diskusi “Kaleidoskop Media Massa 2025” di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025).
Ia menekankan bahwa etika jurnalistik harus menjadi fondasi utama dalam setiap peliputan kebencanaan. Etika tersebut, lanjut Munir, bukan untuk membatasi kebebasan pers, melainkan untuk menjaga kehormatan profesi jurnalistik.
“Kepercayaan publik terhadap media tidak hanya dibangun dari kecepatan, tetapi dari integritas, kepekaan, dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Munir menilai pers Indonesia dituntut mampu memberitakan bencana secara akurat, empatik, dan proporsional dengan menempatkan keselamatan serta kemanusiaan sebagai prioritas utama.
Pemberitaan yang jernih dan berimbang di masa krisis dinilai dapat membantu publik memahami kondisi sebenarnya, mencegah kepanikan, sekaligus memperkuat kepercayaan terhadap upaya penanganan yang dilakukan berbagai pihak. Selain itu, pers juga memiliki peran strategis dalam menjaga narasi optimisme dan keberlanjutan pembangunan nasional.














