PADANG, HARIANHALUAN.ID — Hunian Sementara (Huntara) Rusunawa Lubuk Buaya, Kota Padang, terus berbenah seiring fungsinya sebagai tempat relokasi warga terdampak bencana Galodo Banjir Bandang. Terbaru, fasilitas mushola lengkap dengan sarana shalat berjamaah telah rampung dan mulai dimanfaatkan penghuni, menambah aspek kenyamanan sekaligus penguatan spiritual di kawasan hunian tersebut.
Kepala UPTD Rusunawa Kota Padang, Angga Liberdo mengatakan kehadiran mushola menjadi bagian penting dari upaya pemerintah menghadirkan Huntara yang tidak hanya layak secara fisik, tetapi juga mendukung kebutuhan sosial dan keagamaan warga terdampak bencana.
“Mushola ini kita lengkapi agar penghuni bisa melaksanakan ibadah dengan tenang, khususnya shalat berjamaah. Huntara bukan sekadar tempat tinggal sementara, tapi ruang hidup yang harus manusiawi dan bermartabat,” ujar Angga kepada Haluan Sabtu (27/12/2025).
Sebagai informasi, Huntara Rusunawa Lubuk Buaya saat ini menjadi hunian sementara bagi 30 Kepala Keluarga (KK)** terdampak bencana Galodo Banjir Bandang. Mereka direlokasi dari sejumlah kawasan rawan dan terdampak parah, seperti Batu Busuak, Pauah, Pasa Baru, Tabiang Banda Gadang, Nanggalo, serta wilayah sekitarnya.
Angga menjelaskan, selain mushola, sejumlah perbaikan fasilitas juga dilakukan secara bertahap. Mulai dari peningkatan penerangan, kebersihan lingkungan, hingga penataan kawasan agar lebih aman dan nyaman bagi anak-anak, lansia, serta kelompok rentan lainnya.
“Kami menyadari bahwa warga yang tinggal di sini membawa trauma bencana. Maka suasana hunian harus dibuat terang, bersih, dan ramah. Alhamdulillah, sekarang sudah jauh berbeda dibanding sebelumnya,” katanya.
Perubahan itu turut dirasakan Ibu Titin, salah seorang penghuni Rusunawa Lubuk Buaya yang telah menetap di lokasi tersebut sejak dua tahun terakhir. Meski bukan pengungsi bencana, Titin mengaku bersyukur atas transformasi signifikan yang terjadi sejak Rusunawa difungsikan sebagai Huntara.
“Dulu di sini belum ada mushola, suasananya gelap, bahkan terkesan seram. Sekarang sudah terang, bersih, lampu banyak, dan kami sudah bisa shalat berjamaah. Alhamdulillah, rasanya jauh lebih nyaman,” ujar Titin.
Menurutnya, kehadiran mushola bukan hanya memudahkan ibadah, tetapi juga mempererat kebersamaan antar penghuni, baik warga terdampak bencana maupun penghuni lama Rusunawa.
Meski demikian, Titin berharap pemerintah tetap memberi perhatian pada persoalan ketersediaan air bersih. Ia menyebut, hingga kini pasokan air terkadang masih tidak stabil dan sering mati mendadak, sehingga mengganggu kenyamanan penghuni.
“Kalau air bisa lebih lancar dan tidak sering mati, tentu akan jauh lebih nyaman. Mudah-mudahan ini bisa jadi perhatian ke depan,” harapnya.
Pemerintah Kota Padang melalui UPTD Rusunawa memastikan masukan penghuni akan menjadi bahan evaluasi berkelanjutan.
Angga Liberdo menegaskan, pengelolaan Huntara Rusunawa Lubuk Buaya akan terus disempurnakan selama masa relokasi berlangsung, sembari menunggu solusi hunian jangka panjang bagi warga terdampak bencana.
“Target kita jelas, memastikan warga bisa hidup dengan layak, aman, dan tetap menjaga kualitas hidup meskipun berada di hunian sementara,” pungkas Angga. (*)














