PADANG, HARIANHALUAN.ID – Pembangunan Gedung Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP) setinggi 7 lantai menjadi bukti nyata kolaborasi yang baik antara kebijakan akademis dan solusi keteknikan yang inovatif. Menghadapi tantangan geoteknik di daerah rawan gempa, proyek ini sukses mengalihkan sistem pondasi dari bore pile ke teknologi Konstruksi Jaring Rusuk Beton (pondasi KJRB).
Keputusan Strategis dan Validasi Teknis
Keputusan besar ini diambil setelah melalui kajian teknis yang matang. PT. Yodya Karya, selaku Konsultan Perencana, memegang tanggung jawab memvalidasi perubahan desain struktur bawah (Sub Structure) tersebut.
Bersama Manajemen Konstruksi (MK), mereka memastikan transisi metode ini tetap memenuhi standar mutu, waktu, dan biaya yang ditetapkan oleh pemilik proyek Universitas Negeri Padang (UNP).
Direktur PT. Cipta Anugerah Indotama (CAI), Hadi Wardoyo yang dihubungi Haluan, Minggu (28/12) selaku pemegang paten resmi pondasi KJRB, menjelaskan bahwa pondasi KJRB merupakan evolusi teknologi yang semakin sempurna.
“Kami terus melakukan pengembangan dari sistem sebelumnya. KJRB hadir sebagai penyempurnaan yang lebih presisi untuk bangunan tanggung 2 – 8 lantai. Dengan memastikan distribusi beban yang lebih merata dan ketahanan struktur yang jauh lebih stabil,” jelas Hadi.
Perspektif Kontraktor Utama: Lebih Cepat, Ekonomis, dan Ramah Lingkungan
Sementara itu, Project Manager PT. NKE, Herianto selaku kontraktor utama, menegaskan bahwa pondasi KJRB adalah solusi terbaik untuk menggantikan pondasi bore pile dalam proyek ini. Menurutnya, perubahan ini memberikan dampak positif yang sangat signifikan pada manajemen proyek secara keseluruhan.
“Dari kacamata pelaksana di lapangan, pondasi KJRB jauh lebih unggul dalam beberapa aspek kunci. Pertama, pelaksanaan jauh lebih cepat karena tidak memerlukan proses pengeboran dalam yang memakan waktu lama. Kedua, metode ini sangat ramah lingkungan karena minim getaran dan tidak menghasilkan limbah lumpur pengeboran yang masif, sehingga tidak mengganggu aktivitas kampus di sekitar lokasi. Dan yang paling penting, biaya pelaksanaan menjadi lebih ekonomis tanpa sedikit pun mengurangi kekuatan struktur,” ungkap Herianto.
Belajar dari Sejarah: Ketangguhan Gempa 2009
Terpisah, dari informasi yang dihimpun Haluan, Rektor UNP periode sebelumnya, Prof. Ganefri, saat menjabat menyebutkan bahwa pilihan pada KJRB memiliki landasan historis yang kuat. Beliau merujuk pada peristiwa Gempa Padang 2009 sebagai bukti nyata.
“Kami memiliki pengalaman empiris saat gempa besar 2009 lalu. Gedung-gedung UNP yang saat itu menggunakan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) yang sekarang telah disempurnakan menjadi KJRB terbukti tetap berdiri kokoh tanpa kerusakan struktural berarti. KJRB memberikan keamanan bagi mahasiswa dengan efisiensi yang sangat rasional,” tegas Prof. Ganefri.
Analisis Pakar Geoteknik: Pentingnya Bangunan Tahan Gempa
Pakar Geoteknik Universitas Andalas, Prof. Abdul Hakam, menambahkan sudah banyak pondasi KJRB yang digunakan pada sejumlah fasilitas publik dan gedung tinggi di Kota Padang.
“Untuk KJRB, nah ini memang sudah banyak di Padang, banyak gedung bertingkat memakai itu. Ini pondasi terkait daya dukung kebawah. Dari pengalaman secara empiris, bangunan yang pakai KJRB seperti Basko Mall, TVRI, Gedung kantor PU, DPRD tidak rusak, Itu memang empiris yang tampak,” ujarnya.
Pengalihan dari bore pile ke KJRB pada gedung 7 lantai ini dinilai sangat tepat secara saintifik.
Pada tanah berpasir di Padang, bore pile memiliki risiko kelongsoran dinding lubang bor. KJRB bekerja dengan sistem interlock (saling mengunci) yang menciptakan ‘rakit raksasa’ yang fleksibel namun kaku. KJRB sangat efektif meminimalisir penurunan bangunan (settlement) secara merata dan bertindak sebagai peredam getaran gempa karena sifatnya yang menyatu dengan tanah permukaan.
Hal senada disampaikan Pakar geologi dan kegempaan yang juga Akademisi di Unand, Dr., Ir., Badrul Mustafa Kemal MS. DEA. Dikatakannya pondasi KJRB memiliki sejumlah kelebihan.
“Ia merupakan penyempurnaan dari system fondasi KSLL (Konstruksi Sarang Laba-laba). Jadi, KJRB lebih canggih, aman dan terjamin dibanding KSLL. Bisa (efektif) digunakan untuk gedung-gedung di daerah rawan gempa dan daerah tanah lunak,” tuturnya.
Keberhasilan Pelaksanaan konstruksi khusus ini diselesaikan oleh PT. CAI dalam waktu 105 hari.
Project Manager PT. CAI, Eko Agus Supramono menyatakan kebanggaannya atas sinergi ini.
“KJRB bukan sekadar alternatif, tapi solusi tepat bagi daerah rawan gempa. Kami bangga bisa menyelesaikan amanah ini di bawah koordinasi PT. NKE dan pengawasan ketat MK serta PT. Yodya Karya,” ujarnya.
Dengan selesainya pondasi dalam waktu singkat, Gedung Perpustakaan UNP kini menjadi model sukses penerapan teknologi konstruksi nasional yang tangguh, efisien, dan tepat guna di Sumatera Barat. (h/yes)














