PADANG, HARIANHALUAN.ID – Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumatera Barat (Sumbar), Prof Isril Berd menyebut, abrasi pantai yang melanda Kota Padang dan sejumlah daerah lainnya, tidak terlepas dari hilangnya tutupan hutan bakau atau mangrove di wilayah pesisir. Kalaupun dilakukan penanaman Mangrove selama ini hanya sebatas seremonial semata.
Dikatakannya, untuk meminimalisir dampak abrasi, pemerintah bisa membangun tanggul pemecah gelombang air laut (Batu Grib) sembari memulihkan tutupan kawasan hutan Mangrove, Cemara Laut, dan Nipah yang tersisa.
“Gerakan seperti ini telah pernah dilakukan oleh Forum DAS Sumbar pada tahun 2019. Sampai saat ini sekitar 200 batang cemara laut yang kami tanam masih hidup dan tingginya bahkan sudah mencapai 6 meter,” ujarnya kepada Haluan Selasa (16/1) di Padang.
Menurut Isril Berd, selama ini, pemerintah daerah memang telah sempat beberapa kali menyelenggarakan acara penanaman pohon Mangrove besar-besaran di sejumlah titik. Namun demikian, gerakan tersebut dinilai masih bersifat seremonial serta belum berkelanjutan. Akhirnya, hasil yang didapatkan pun masih belum maksimal sesuai harapan.
Atas dasar itu, pemerintah daerah dan masyarakat harus bahu membahu untuk meminimalisir dampak abrasi. Caranya adalah dengan memulihkan kembali luas tutupan hutan bakau sembari membangun batu grip di pesisir pantai terbuka.
“Langkah ini harus segera dilakukan, jika tidak, dalam hitungan tahun ke depan, kawasan pemukiman yang ada di Kota Padang dan daerah-daerah pesisir lainnya akan bisa tenggelam dan mengalami kerusakan,” ucapnya.














