PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Zahari Zakaria memulai budidaya jambu biji merah di kebun dekat rumahnya sejak tahun 2006 silam. Saat itu, ia melihat jual beli jambu biji di Ibu Kota Negara sedang menjadi primadona.
Selain rasanya manis, teksturnya yang lembut dan sedikit berair, buah tropis tersebut juga kaya khasiat. Tidak heran masyarakat di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta banyak yang menggemarinya.
Melihat peluang tersebut dengan modal keahlian bertani serta jiwa bisnis yang menggebu, Zahari memutuskan untuk memulai perkebunan jambu biji merah yang berlokasi di Korong Panggie-panggie, Nagari Limpato Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
“Saya berprinsip, kalau bisnis jambu biji merah ini laris manis di Jakarta, maka bisa juga dibawakan ke daerah. Saya coba menanam di sini dan Alhamdulillah berhasil,” katanya kepada Haluan saat menyambangi perkebunan tersebut, Jumat (15/3).
Seiring waktu, bisnis jambu biji merah milik Zahari semakin populer di kalangan masyarakat setempat. Pada tahun 2012, ia memberanikan diri membuka agrowisata di kebun seluas tiga hektar tersebut agar hasil kerja kerasnya bisa semakin dirasakan oleh banyak orang.
Beberapa tahun pertama, destinasi yang diberi nama Agrowisata Ariza Farm itu cukup ramai kunjungan. Apalagi saat itu, belum banyak petani jambu biji yang ada di daerah tersebut.
“Sebelum dijadikan agrowisata, kebun ini pernah mendapat penghargaan sebagai kebun teladan dan terbaik di Sumatera Barat pada tahun 2009. Saat pertama kali dibuka, kunjungan juga cukup ramai bahkan sampai masuk surat kabar dan televisi,” ulas Zahari.
Ia menyebut, pengunjung agrowisata yang dikelolanya tidak sedikit yang berasal dari luar daerah. Bahkan untuk penjualan hasil perkebunan sudah sampai ke luar Sumbar seperti Pekanbaru dan beberapa daerah lain.
“Paling banyak penjualan itu ke Kota Padang, Bukittinggi, Payakumbuh. Kalau dulu bisa sampai ke Pekanbaru. Sekarang, karena sudah banyak petani jambu biji, penjualan tidak seperti dulu lagi,” ujarnya.
Kendati sudah belasan tahun mengelola agrowisata jambu biji merah tersebut, Zahari mengaku sudah menjalani banyak pasang surut. Salah satunya, saat pandemi Covid-19 merebak, sehingga wisata pertanian tersebut harus mengalami penurunan omzet yang cukup besar.
Kini, Agrowisata Ariza Farm sudah mulai merangkak naik. Zahari menyebut, agrowisata miliknya sering dikunjungi oleh siswa sekolah yang ingin melakukan wisata edukasi.
“Mulai dari TK, SMP sampai SMA sering datang untuk belajar tentang tanaman dan buah jambu biji. Bahkan, tak jarang juga ada mahasiswa yang melakukan penelitian ke sini,” ungkapnya.
Zahari merinci, biaya tiket masuk untuk siswa sekolah beragam tergantung tingkatannya. Murid TK dikenai biaya Rp8 ribu per orang, SMP Rp12 Ribu per orang, dan SMA Rp15 ribu per orang.
“Agrowisata Ariza Farm ini menonjolkan komunitas tumbuhan jambu biji merah, dengan sistem penanaman dengan teknologi dan cara-cara pertanian yang cukup baik, sehingga bisa ditonjolkan untuk pendidikan,” katanya. (h/mta)














