Nayla lebih memilih kabur menengok ayahnya yang saat itu sedang sakit, ia sangat nyaman tinggal bersama ayahnya ketimbang ibunya yang sangat jahat kepadanya. Nayla dikatakan sebagai sosok perempuan broken home.
Kemudian semenjak ada istri muda ayahnya yang sebaya dengan Nayla, Nayla membenci perilaku munafik yang tersimpan dibalik senyuman manisnya. Seolah-olah baik tapi sebenarnya munafik terhadap Nayla.
Semenjak dia mendapatkan perlakuan kejam dari ibunya, hidup Nayla terasa sepi, sunyi bahkan pikirannya mulai tidak jernih lagi. Ketika hari memasuki pagi, pikiran Nayla sering kali tentang mabuk, pura- pura tertawa menghadapi dunia, Nayla berusaha melupakan lukanya sejenak agar dia bisa merasakan bahagia.
Nayla mulai suka dengan alkohol, Nayla menurut saya tidak akan melakukan hal ini jika dia tidak mendapatkan hal- hal yang menggangu pikiran dan mentalnya, mungkin jika luka- luka itu tidak ada dalam hidupnya dia pasti akan seperti teman sebayanya tanpa harus mencari rasa aman lewat alkohol hanya karena ingin merasakan kebahagiaan.
Jadi, Nayla ini seperti merasakan kenapa jalan hidupnya seperti ini kenapa harus dia yang merasakan kenapa tidak orang lain. Hal ini menurut saya tidak hanya terdapat di dalam novel, bahkan di dunia nyatanya pun banyak orang yang mengalami pemikiran seperti Nayla, hal inilah yang menurut saya menjadi penyebab pikiran rusak.
Kemudian melihat kondisi Nayla seperti itu ibu tirinya menyuruh Ibunya Nayla untuk menandatangani surat rekomendasi tentang rehabilitasi Nayla berkaitan dengan pemakaian Narkoba seperti yang dituduhkan Ibu tirinya.
Tanggapan saya akan hal ini sangatlah bagus sebelum Nayla terlalu jauh merusak dirinya sendiri. Dengan adanya rehabilitasi menurut saya Nayla akan mendapatkan proses pemulihan kemampuan fisik, mental, dan psikologis Nayla.










