KINALI, HARIANHALUAN.ID โ Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Pasaman Barat menunjukkan tren peningkatan. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), sepanjang 2024 tercatat 99 kasus, terdiri dari 20 kasus pada perempuan dan 79 kasus pada anak. Hingga April 2025, angka tersebut bertambah dengan 32 laporan baru.
Jenis kekerasan yang dialami mencakup kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, hingga kekerasan ekonomi. Dampaknya tak hanya secara fisik, tetapi juga psikologis, seperti trauma berkepanjangan, gangguan mental, ketakutan, bahkan hingga percobaan bunuh diri.
Menyikapi kondisi ini, pemerintah daerah mendorong sinergi lintas sektor dalam pencegahan dan penanganan kekerasan. Hal itu disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK sekaligus Ketua P2TP2A Pasaman Barat dalam kegiatan Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat yang digelar di Aula Kantor Camat Kinali, Kamis (22/5).
โMelindungi perempuan dan anak bukan hanya tugas pemerintah, tetapi panggilan kemanusiaan. Jangan biarkan satu anak pun tumbuh dalam ketakutan, atau satu ibu pun hidup dalam luka yang disembunyikan,โ tegasnya.
Strategi yang diusung antara lain penguatan kader TP PKK dan aktivis PATBM di tingkat nagari, pelibatan lembaga pendidikan, serta peningkatan peran dalam penanganan TPPO, ABH, dan perkawinan anak.
Pemerintah juga memperluas kolaborasi dengan forum anak, bundo kanduang, jorong, kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), remaja masjid, dan berbagai elemen masyarakat lainnya, termasuk kampanye โPasaman Barat Nol Kekerasanโ yang didukung sistem layanan digital. (*)














