“Tambah satu lagi, kopi Solok Radjo,” tukas Prof. Musliar Kasim.
“Buat sementara kita bayangkan saja dulu,” jawab saya, yang ditanggapi tawa berderai sebagian anggota delegasi yang lain.
Walaupun bercanda, karena masih membayangkan, tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin Sumatera Barat bisa berpartisipasi dan memanfaatkan ajang pemaran internasional di Kunming ini yang terus berkembang. Menurut data panitia, dengan 2.000 pada CSAE 2004 tercatat nilai kontrak dagang sebesar 8 miliar yuan atau sekitar Rp17 triliun dan penjualan langsung (offline dan online) sebesar 500 juta yuan (lk. Rp1,1 triliun). Dengan jumlah peserta yang meningkat sekitar 25 persen, CSAE 2025 tentu akan mencatat angka transaksi yang lebih besar lagi.
Selain untuk memperkenalkan produk-produk kuliner khas Minangkabau yang sudah dikenal di dunia, seperti randang dan berbagai produk kopi, ajang ini juga bisa menjadi tempat promosi pariwisata Sumatera Barat. Sekarang tentu tergantung bagaimana kita mamandang dan mampu memanfaatkan secara jeli. Kalau Vietnam dan Malaysia bisa, kita mestinya juga bisa.
Dengan adanya penerbangan langsung Air Asia, Batik Air, dan beberapa maspakai lain dari Kuala Lumpur ke Kunming (rata-rata delapan kali sehari), maka jarak dari Padang ke Yunnan terasa dekat. Sebab, dewasa ini sudah tersedia lima penerbangan langsung sehari dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ke Kuala Lumpur. Baik penerbangan dari BIM ke Kuala Lumpur dan Kuala Lumpur ke Kunming, sudah saling terkoneksi. Bila Anda hendak ke Kunming, check-in di konter Air Asia di BIM, masukkan bagasi dan nanti tinggal ambil di Bandara Changsui, Kunming. Begitu pula sebaliknya, check-in dan setor bagasi di Changsui, Anda tinggal ambil di BIM. (*)














