Tetapi dalam penyebarluasan SPM, Ir. Djoni tidak gegabah. Yang pertama-tama dilakukannya adalah menguji-coba sendiri metode SPM di dua petak sawah di samping Dangau Inspirasi sebanyak dua kali musim tanam. Ketika hasilnya menggembirakan, SPM mulai diperkenalkan ke petani. Pengenalan ke petani juga dilakukan dengan hati-hati. Petani dianjurkan untuk pertama-tama menerapkan SPM di sebagian petak sawah mereka saja supaya petani bisa membuat perbandingan sendiri antara metode SPM dan metode sawah konvensional. Petani bisa mengamati dan membuat perbandingan mengenai, misalnya, jumlah anakan, perkembangan gulma, hama dan penyakit hingga hasil panen.
Artinya, petani diajak melakukan riset sederhana sendiri untuk membantu mereka membuat keputusan. Menerapkan SPM atau tidak mestilah keputusan mereka berdasarkan pengalaman sendiri atau pengalaman tetangga. Tentu saja keputusan petani ini bersifat sukarela berdasarkan rasionalitas bahwa SPM lebih baik, lebih menguntungkan, dari pada sawah konvensional.
Dengan kata lain, skeptisisme mengenai biaya dan produksi sebenarnya sudah terjawab dengan fakta ini saja. Penggagas SPM tidak bisa memaksa petani untuk menerapkan SPM karena memang tidak punya kekuatan pemaksa. Kalau para petani rugi ketika menerapkan SPM, apakah karena ternyata SPM lebih mahal atau karena produksi sawah mereka turun tentu mereka akan meninggalkan SPM setelah satu atau dua kali musim tanam.
Dalam kenyataannya, petani yang sudah menerapkan SPM pada umumnya tetap bertahan menerapkan SPM. Saat ini ada petani yang sudah menerapkan SPM sampai 10 kali musim tanam, terus menerus. Ada beberapa kasus petani berhenti menerapkan SPM karena kesulitan mengumpulkan jerami yang cukup banyak untuk mulsa penutup bedeng tanam. Ini disebabkan jarak waktu panen hingga musim tanam berikutnya cukup panjang sehingga jerami di sawah sudah mengalami pelapukan. Mungkin ada sebab lain. Tetapi itu akan butuh penelitian untuk mengungkapnya.
WAG komunitas Dangau Inspirasi dan WAG petani pakar SPM (yang dibentuk untuk memfasilitasi penyuluhan dari petani ke petani) penuh dengan cerita testimoni atau kesaksian petani beserta foto-foto tentang kebenaran dan kebagusan SPM. Dalam pembicaraan warga komunitas Dangau Inspirasi, tema yang biasa muncul adalah mengenai kelegaan petani untuk tidak lagi harus merendahkan diri meminjam uang untuk memulai turun ke sawah.
Lalu, saat panen terpaksa pula menjual padi dengan posisi tawar yang lemah kepada yang memberikan pinjaman. Mengenai hasil sawah, ukuran yang dipakai bukan hanya hasil ubinan, yang memang biasa memancing skeptisisme, tetapi juga jumlah karung (atau satuan volume setempat) padi hasil panen. Petani biasanya lebih mengingat data ini dan dengan mudah membandingkannya dengan jumlah karung padi hasil panenan sebelum SPM.










