PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH memperkenalkan inovasi pelayanan bertajuk “RESAPAN TERATAY” (Kurangi Kecemasan Pasien dengan Terapi Murottal dan Tayamum) sebagai metode nonfarmakologis untuk membantu pasien pra operasi mengatasi rasa cemas.
Program ini menggabungkan terapi distraksi menggunakan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan pendampingan ibadah tayamum bagi pasien yang tidak memungkinkan berwudhu.
Direktur Pelayanan RSUD Prof. H. Muhammad Yamin SH, dr. Herlina Nasution, M. Kes menjelaskan, kecemasan merupakan kondisi psikologis yang ditandai rasa takut, khawatir dan tegang, disertai reaksi fisik seperti jantung berdebar dan tekanan darah meningkat.
“Kecemasan pra operasi dapat memperlambat pemulihan, meningkatkan kebutuhan anestesi, memperburuk nyeri, bahkan dalam kasus parah bisa membuat operasi dibatalkan,” ujarnya.
Data WHO mencatat prevalensi kecemasan pra operasi di dunia mencapai 60–80%, dan di Indonesia berada pada kisaran 75–90%. Di RSUD Prof. H. Muhammad Yamin, SH, rerata tingkat kecemasan pasien pra operasi mencapai 55,55%. Meski pemberian informasi sudah rutin dilakukan, screening dan intervensi khusus untuk mengatasi kecemasan belum tersedia sebelumnya.
Pihak rumah sakit sempat membahas berbagai pendekatan, mulai dari farmakologis hingga nonfarmakologis. Namun, terapi obat dinilai lebih mahal dan memiliki potensi efek samping. “Pendekatan psikologis dan spiritual terbukti dapat mengurangi kecemasan, memperbaiki hasil psikososial dan memberi ketenangan melalui nilai-nilai religius,” ucap Herlina.
Melalui diskusi lintas bidang, lahirlah ide “RESAPAN TERATAY” yang menggabungkan dua unsur utama yaitu, terapi murottal Surat Ar-Rahman dan tayamum. Terapi ini didesain agar pasien dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, sekaligus tetap menjalankan ibadah meski dalam keterbatasan fisik.
Proses terapi murottal diawali dengan memutar rekaman Surat Ar-Rahman versi Muzammil Hasballah berdurasi 16 menit dengan intensitas suara 60 dB. Pasien diposisikan senyaman mungkin, menggunakan earphone dan diminta rileks selama mendengarkan. Setelah itu, tekanan darah dan tingkat kecemasan kembali diukur.
Sementara itu, tayamum dilakukan sesuai tata cara syariat, mulai dari membaca basmalah, menepukkan tangan pada media berdebu atau tayamum pad, hingga mengusap wajah dan tangan. “Dengan tayamum, pasien tetap dapat menjaga ibadah salat tanpa harus ke kamar mandi untuk berwudhu,” ujarnya.














