Tak disangka, permintaan saya dipenuhi dengan syarat, yakni saya harus meninggalkan jaminan uang sebesar 500 pesos atau kira-kira setara dengan Rp. 140 ribuan. Tanpa basa-basi, saya merogoh kocek dan mengeluarkan uang seribu peso dan memintanya untuk tetap menyimpannya sampai saya kembali.
Namun setelah penjaga perpustakaan mengajukan banyak pertanyaan tentang siapa saya dan mengapa saya ada di Manila, ia dengan sukarela memperluas konsesi buku untuk saya, karena meyakini saya tidak akan bisa menyelesaikannya di dalam beberapa jam.
Walhasil, kesepakatan baru didapat. Saya bisa membawa buku tersebut ke hotel, maksimum dua hari, dan meninggalkan uang jaminan seribu pesos. Uang bisa diambil kembali setelah buku juga kembali dengan utuh. Deal yang sangat menyenangkan hati saya.
Beberapa poin penting yang saya pahami setelah membacanya adalah bahwa menurut David Thornell, kota-kota kecil seringkali menghadapi tantangan besar dalam pembangunan ekonomi, terutama karena keterbatasan sumber daya, akses modal, dan tenaga kerja. Tentu kita sepakat dengan pernyataan tersebut, bukan! Hal itu tidak hanya terjadi di Amerika, tapi juga hampir di semua daerah tingkat dua dan kota di Indonesia.
Namun menariknya, lanjut Thornell, keterbatasan tersebut justru bisa menjadi pemicu lahirnya kreativitas dan strategi pembangunan yang lebih kontekstual, jika daerah atau kota tersebut dipimpin oleh pemimpin yang visioner sekaligus memiliki mimpi besar atas daerah atau kota yang mereka pimpin.
Dalam kajian Thornell, kepemimpinan lokal yang visioner menjadi salah satu kunci penting. Pemimpin di kota kecil, baik dari sektor publik (kepala daerah) maupun swasta, harus mampu membangun konsensus, menciptakan jejaring, dan mendorong partisipasi aktif warga di dalam setiap gerak pembangunan. Karena tanpa kepemimpinan yang solid dan visioner, program pembangunan hanya akan berjalan setengah hati.
Pemimpin visioner dan solid biasanya akan menekankan pentingnya peran kolaborasi antar pemangku kepentingan. Sementara pemimpin daerah yang terlalu politis justru akan terjebak ke dalam konflik-konflik tak penting dengan banyak pihak di daerah atas nama ego politik dan kepentingan kelompok masing-masing.










