PADANG, HARIANHALUAN.ID — Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menilai pengembangan bahasa dan sastra di Sumbar perlu dioptimalisasikan, baik dari kinerja penyelenggaraan maupun penggiatan lewat media massa. Dua hal ini menjadi kunci penting dalam mendorong perkembangan bahasa dan sastra di Sumbar.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Bahasa Sumbar, Rahmat Zainun saat lawatannya ke Harian Haluan, Jumat (12/9) kemarin. Ia mengungkapkan bahwa bahasa dan sastra perlu menjadi perhatian penting. Menurutnya, persoalan bahasa dan sastra di kalangan penyelenggara pemerintahan dinilai masih rendah.
“Bahasa menunjukkan suatu bangsa. Sscara jelas ini menjadi kunci terpenting yang juga telah tercantum dalam UUD 45. Tapi belakangan ini, bahasa dan sastra yang semestinya menghidupkan peradaban bangsa, seolah terabaikan dan bahkan dianggap sebagai persoalan yang tidak genting. Ini sangat disayangkan. Belum lagi dari anggaran yang dihadirkan daerah juga kurang dan terbatas. Makanya kita perlu mendorong ini,” katanya.
Rahmat menjelaskan, selama ini stigma yang demikian nyatanya memberikan pengaruh, sehingga masalah bahasa dan sastra selalu menjadi bagian yang tak diindahkan. Menurutnya, pengembangan bahasa dan sastra bukan sesuatu yang cepat saji, melainkan sebuah upaya yang sifatnya bertahap dan berkelanjutan.
Seperti halnya beberapa bangunan dan perhelatan kegiatan di Sumbar yang sebagian besar terjebak dalam penggunaan nama atau diksi yang justru tidak berasal dari bahasa daerah. Kebanyakan perhelatan dan penamaan tempat lebih memilih menggunakan bahasa asing.
“Jika ingin halnya cara ini sebagai pemancing bagi kunjungan luar, kami khawatirkan kita semakin meminggirkan bahasa daerah kita sendiri. Justru penggunaan bahasa daerah itu akan semakin menarik dan memancing ketertarikan bagi pengunjung luar. Oleh karena kegiatan skala besar inilah yang seharusnya menjadi momentum bagi kita untuk mengenalkan bahasa kita sendiri,” katanya.
Maka dari itu, pihaknya ingin membenahi dan mengoptimalkan kerja terhadap pengembangan bahasa dan sastra. Upaya ini perlu dorongan dan kekuatan melalui kolaborasi bersama. “Insya Allah kami yakin, Balai Bahasa dan Haluan mampu menunjukkan kinerja baik melalui sinergitas ini, sebagaimana motonya, ‘Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing’,” ujarnya.














