Menurutnya, rumah yang layak bukan sekadar bangunan kokoh. Ia adalah ruang tumbuh, tempat di mana anak-anak mendapatkan keyakinan tentang masa depan, tempat keluarga belajar hidup, mencintai, dan saling menguatkan.
Program bedah rumah ini, kata Lisda, tidak berdiri sendiri. Baznas, pemerintah daerah, serta partisipasi masyarakat menjadi simpul penting yang menopang keberlanjutannya.
“Dengan semangat gotong royong, kita bisa mewujudkan Pesisir Selatan yang lebih sejahtera dan humanis,” ucapnya.
Ia mengajak warga untuk menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui Baznas, agar manfaatnya kembali pada orang-orang yang paling membutuhkan, seperti Derianti. Bukan sekadar amal, tetapi investasi sosial yang mengangkat martabat sesama.
Kunjungan itu meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Derianti tampak berbicara singkat, ia beberapa kali menyeka matanya. Kata-katanya ringan, tetapi sarat perasaan.
“Terima kasih banyak Ibu Lisda yang sudah datang membantu kami dan membangun rumah kami. Ini sangat berarti bagi keluarga kami,” ucapnya dengan suara bergetar.
Rumah yang sebelumnya renta kini mulai punya masa depan. Kayu-kayu rapuh akan diganti, dan genting baru akan merekatkan kembali kepercayaan diri seorang ibu yang selama ini hanya bisa berharap. Tak hanya papan dan paku yang berubah, tetapi hidup yang perlahan akan tertata dengan rapi.














