“Melalui Irigasi Gunung Nago ini sawah yang berpotensi terdampak kekeringan jauh lebih luas, diperkirakan mencapai 2.000 hektare,” tutur Yoice.
Secara keseluruhan, Kota Padang memiliki 4.358 hektare sawah eksisting, yang berarti lebih dari 50 persen lahan pertanian kini berada dalam ancaman serius. Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) V untuk penanganan darurat.
Kelompok tani di Koto Tangah meminta bantuan pompa besar untuk sementara mengalirkan air ke sawah mereka yang baru memasuki masa pertumbuhan padi. Namun permintaan itu tidak direkomendasikan oleh BWS V.
“BWS V menyarankan agar tidak menggunakan pompa besar karena biaya operasionalnya sangat tinggi. Mereka mengusulkan pembuatan batu bronjong agar air dapat masuk sementara waktu,” kata Yoice.
Adapun penanganan kerusakan kedua bendungan irigasi akan dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar), karena infrastruktur tersebut berada di bawah kewenangan pemprov. Dinas PUPR Kota Padang pun disebut akan menindaklanjuti proses koordinasi teknis di lapangan.
Selain ancaman kekeringan, kata Yoice, Dinas Pertanian Kota Padang juga mencatat adanya 357 hektare sawah yang mengalami puso, termasuk di Kelurahan Kuranji yang terendam lumpur pasca banjir.














