Kerusakan juga merata di Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Solok, dan Kota Padang Panjang. Kabupaten Solok mencatat lahan terdampak seluas 643,05 hektare, meski tidak seluruhnya berakhir puso, karena beberapa lokasi masih berpeluang dipulihkan.
Pesisir Selatan dan Pasaman Barat juga mencatat kerusakan signifikan, masing-masing 337 hektare dan 520 hektare. Selain sektor padi, tanaman jagung, ubi kayu, dan kacang tanah turut rusak.
Total lahan jagung yang terdampak mencapai 183,82 hektare, dengan 31,63 hektare puso. Kerusakan ubi kayu tercatat 10 hektare dan kacang tanah 0,25 hektare di beberapa titik wilayah terdampak banjir.
Afniwarman menjelaskan, bencana ini tidak hanya menimbulkan kerusakan langsung pada tanaman, tetapi juga menghancurkan sarana produksi seperti saluran irigasi, jalan usaha tani, dan jaringan distribusi hasil pertanian. “Banyak lahan tertimbun lumpur dan material kayu, sehingga biaya pemulihan lapangan akan jauh lebih tinggi dibanding perawatan biasa,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota tengah berupaya mempercepat langkah pemulihan melalui penyediaan benih unggul, bantuan alat mesin pertanian, dan perbaikan jaringan irigasi darurat.
Dukungan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) juga sedang diusulkan untuk memperkuat cadangan benih dan pendanaan penanganan darurat. “Fokus kami sekarang adalah percepatan recovery. Bantuan benih dan alsintan sudah mulai disalurkan, termasuk koordinasi dengan Kementan untuk dukungan yang lebih besar. Targetnya, petani bisa kembali tanam dalam waktu dekat sehingga tidak kehilangan musim tanam berikutnya,” ujarnya.














