KUBUNG, HARIANHALUAN.ID — Di tengah makin tergerusnya nilai-nilai tradisi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok bergerak cepat menjaga warisan leluhur. Kamis (4/12/2025), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengumpulkan puluhan guru tuo dari sekitar 40 sasaran silek dalam kegiatan “Silek Tradisi Menuju Prestasi” di Aula Korwil Pendidikan Kecamatan Kubung, Koto Baru. Kegiatan ini menjadi ikhtiar nyata untuk menghidupkan kembali sasaran silek yang nyaris padam di sejumlah nagari.
Acara dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, Aida Herlina didampingi jajaran staf. Hadir sebagai narasumber Bulidar Dt. Sati Maruhun dari IPSI, serta Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto, budayawan yang dikenal sebagai penjaga nilai-nilai falsafah silek Minangkabau.
Dalam sambutannya, Aida Herlina menegaskan bahwa kegiatan ini digelar sebagai respons atas makin melemahnya minat generasi muda terhadap silek, sekaligus merosotnya pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. “Banyak sasaran silek yang mulai sepi, bahkan beberapa aliran terancam punah, karena tidak ada pewaris. Kita ingin guru tuo kembali bersemangat menurunkan ilmunya dan menghidupkan sasaran di nagari masing-masing,” ujarnya.
Aida menjelaskan, kedua narasumber hadir dengan fokus berbeda. Narasumber dari IPSI memberikan pemahaman teknis mengenai sistem penilaian silek dalam perlombaan. Langkah ini penting agar ke depan sasaran silek dari Kabupaten Solok mampu bersaing di tingkat lebih tinggi. “Sampai saat ini kita masih tertinggal dari daerah lain. Dengan memahami standar penilaian, kita berharap prestasi bisa terangkat,” tutur Aida.
Sementara itu, dari sisi kebudayaan, narasumber budayawan menguraikan kembali filosofi silek sebagai tuntunan hidup, bukan sekadar teknik beladiri. “Kita ingin mengingatkan bahwa silek bukan hanya mahir langkah, tetapi membentuk karakter. Nilai-nilai luhur inilah yang harus kembali dihidupkan,” ucapnya.
Kabupaten Solok dikenal memiliki banyak aliran silek dengan persebaran sasaran yang hampir ada di setiap nagari bahkan beberapa nagari memiliki lebih dari satu sasaran. Kondisi ini menjadi potensi besar jika dikelola secara berkelanjutan.
Salah seorang peserta dari Sasaran Silek Harimau Sakato Aia Dingin menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah daerah. “Kami sangat berterima kasih. Meskipun jaraknya jauh, kami hadir karena ini kesempatan penting. Harapan kami, tahun depan ada program lanjutan agar silek tidak hanya sebatas retorika,” ujarnya.
Di tengah kekhawatiran akan punahnya beberapa aliran silek di Kabupaten Solok, kegiatan sosialisasi ini menjadi sinyal kuat bahwa upaya pelestarian telah kembali dinyalakan dari tradisi menuju prestasi, dari sasaran menuju panggung yang lebih besar. (*)














