BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID — Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi melaksanakan Wisuda XI dalam suasana berbeda. Prosesi wisuda dilakukan di tengah bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatera Barat (Sumbar). Kampus memilih prosesi wisuda secara sederhana namun penuh makna.
Acara wisuda yang berlangsung selama dua hari, Senin (1/12) dan Kamis (4/12), itu diikuti sebanyak 273 wisudawan/ti. Hari pertama diikuti 162 wisudawan/ti dari Pascasarjana dan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Sedangkan hari kedua diikuti 112 wisudawan/ti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), serta Fakultas Syariah.
Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si menegaskan bahwa wisuda kali ini harus menjadi momentum untuk bangkit di tengah musibah yang melanda. “Wisuda bukan untuk merenung, tetapi untuk bangkit dan berkarya. Secara akademik, kita punya tanggung jawab melakukan kajian, analisis, dan tindakan agar bencana seperti ini tidak terus terjadi,” ujar Silfia.
Menurutnya, para akademisi dan ilmuwan UIN Bukittinggi harus berada di garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Ia menilai musibah yang terjadi adalah peringatan dan pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat.
“Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Ada hikmah dan pelajaran dari Allah. Ini tantangan bagi guru besar dan senat untuk mengimplementasikan ilmunya agar kehadiran kampus dapat dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Sebagai wujud kepedulian, UIN Bukittinggi telah menggalang dana dan menyalurkannya ke sejumlah daerah terdampak. Rektor menyampaikan bahwa akses menuju Malalak dan Palembayan masih terkendala, namun bantuan tetap akan diantarkan.














