“Insya Allah bantuan dari senat dan donatur segera kami serahkan. Kami sudah menyalurkan bantuan ke Malalo dan terus berupaya menjangkau semua lokasi terdampak,” katanya.
Data sementara mencatat, sebanyak 84 mahasiswa UIN Bukittinggi terdampak langsung bencana. Salah satu kasus paling memilukan datang dari salah seorang mahasiswa UIN Bukittinggi. Di mana orang tua dan kakak mahasiswa tersebut belum ditemukan, sementara rumahnya hanyut tersapu banjir bandang.
“Kami sangat berduka. Civitas akademika merasakan kepiluan itu. Untuk mahasiswa terdampak, kampus berupaya meringankan beban biaya kuliah minimal satu semester,” ujar Rektor.
Pelaksanaan wisuda selama dua hari dilakukan untuk memberi keleluasaan kepada mahasiswa terdampak agar tetap bisa mengikuti prosesi pada hari yang lebih memungkinkan. “Ini bentuk kepekaan UIN Bukittinggi. Jika tidak bisa hadir Senin, bisa Kamis. Kami tidak ingin ada yang tertinggal,” kata Rektor.
Ia menambahkan, banyak dosen dan mahasiswa turut berjibaku di lapangan untuk membantu evakuasi dan pencarian korban. “Masih banyak korban belum ditemukan. Mahasiswa berada di sana, di tengah masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Rektor menegaskan bahwa alumni UIN Bukittinggi bukan penyumbang pengangguran. Minimal dari alumni UIN Bukittinggi menjadi khatib, imam, tokoh masyarakat. Bahkan, banyak yang menjadi tenaga pendidik maupun profesional di berbagai lembaga.














