Di beranda rumah saudaranya, Rahmi berkata pelan bahwa keberanian terbesar dalam hidupnya sekarang adalah melawan rasa putus asa. Ia memeluk kedua anaknya, menatap langit yang mulai memudar. Selama ia masih memiliki mereka, ia percaya bahwa hidup tetap memberinya alasan untuk maju.
Dari ruangan tempat ia berlindung kini, Rahmi memulai kembali hidupnya. Perlahan, tanpa keluhan, dengan tekad yang ia genggam sekuat saat ia menggenggam tangan anak-anaknya malam bencana itu. Ia percaya, pada waktunya, ia akan berdiri lagi dengan kakinya sendiri. (*)














