PESISIR SELATAN, HARIANHALUAN.ID— Banjir bandang yang menerjang Nagari Koto VIII Pelangai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, pada 27 November 2025 lalu, menyisakan luka mendalam bagi masyarakat. Tidak hanya rumah dan fasilitas umum yang terdampak, tetapi juga sumber penghidupan warga yang selama ini bergantung pada lahan pertanian dan perkebunan.
Wali Nagari Koto VIII Pelangai, Safridul, menyampaikan bahwa kerusakan terparah terlihat di sejumlah titik yang selama ini menjadi penopang aktivitas masyarakat.
Dari pantauan lapangan, kata dia, pasangan pengaman tebing di Kampung Tabek dan Kayu Beringin runtuh total. Keruntuhan itu terjadi tepat di pangkal jembatan yang berada di ujung pengaman tebing Sungai Pelangai Kaciak, sehingga kini struktur jembatan berada dalam ancaman kerusakan lebih besar.
“Arus deras itu bukan hanya menghanyutkan material tebing, tapi juga rasa aman bagi masyarakat,” ujar Safridul, Selasa (9/12).
Menurutnya, kerusakan tak berhenti di sana, areal persawahan masyarakat di belakang Kampung Pacuan hampir seluruhnya habis diterjang banjir, menyisakan lumpur tebal dan batang padi yang rebah tak beraturan. Ladang jagung petani pun rusak parah, membuat para warga kehilangan harapan akan panen yang seharusnya menjadi penopang ekonomi keluarga akhir tahun ini.
Situasi di Kampung Marelang juga jauh dari kata aman. Tiang pilar jembatan gantung yang menjadi akses utama masyarakat kini telah terkikis kuatnya arus sungai. Warga setempat menyebut jembatan itu sebagai “urat nadi” aktivitas mereka, namun kini kondisinya berada di ambang runtuh. Sementara itu, tebing sungai yang terus longsor sudah merangsek hingga mendekati permukiman, membuat masyarakat hidup dalam kecemasan setiap hujan turun.
Sementara itu, di Kampung Tampat Tubaru, lahan pertanian yang menjadi tumpuan banyak keluarga kembali hancur. Tanah yang sebelumnya menghijau kini berubah menjadi hamparan longsoran. Rumah warga pun kini hanya berjarak beberapa meter dari bibir sungai yang kian melebar.
Wali Nagari Safridul meminta agar penanganan segera dilakukan oleh pemerintah daerah maupun instansi terkait lainnya.
“Kami di nagari sudah berusaha semampu kami, tetapi kerusakan ini jauh lebih besar dari kemampuan nagari. Kami mohon kepada pemerintah daerah, provinsi, dan pusat, turunlah melihat kondisi ini. Masyarakat di sini benar-benar butuh pertolongan segera,” ucapnya lagi.
Dalam seruannya, Safridul juga menyampaikan pesan yang menggugah hati pejabat terkait.
“Setiap hari warga kami hidup dengan rasa cemas. Tebing yang terus runtuh, jembatan yang hampir roboh, serta sawah yang gagal panen. Semua ini membuat masyarakat kehilangan harapan. Kami memohon, jangan tunggu sampai musibah berikutnya terjadi. Tindakan cepat hari ini akan menyelamatkan banyak nyawa dan masa depan masyarakat,” tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah nagari telah melakukan pendataan awal serta koordinasi dengan pemerintah daerah. Namun, kata dia, langkah lanjutan seperti perbaikan pengaman tebing, penguatan jembatan kritis, hingga pemulihan lahan pertanian belum dilakukan penanganan.
“Tentunya ini sangat membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah daerah, provinsi, pusat, dan pihak terkait lainnya,” katanya. (*)














