Salah satu daya tarik unik tempat ini adalah keberadaan gerombolan kerbau yang sesekali muncul dari balik pepohonan di sisi muaro bagian belakang. Hewan-hewan itu biasanya berendam perlahan di air dangkal, menciptakan pemandangan natural yang jarang ditemukan di kawasan wisata modern.
Pengunjung sering berhenti sejenak, kagum melihat bagaimana alam dan kehidupan berjalan beriringan tanpa tergesa, tanpa gangguan.
Tak jauh dari area utama, berdiri Masjid Sirah, bangunan bercat putih bersih dengan kubah merah yang mencolok. Selain menjadi tempat beribadah, masjid ini juga menjadi salah satu spot favorit untuk berfoto. Kontras warnanya dengan lanskap sekitar membuat banyak pengunjung memotret masjid sebelum pulang.
Pada akhir pekan dan hari libur panjang, kawasan ini biasanya dipenuhi pengunjung dari berbagai daerah. Anak-anak berlarian di rumput, pedagang sibuk melayani sewa tikar atau menjual jajanan ringan, sementara orang dewasa bercengkerama di bawah rindangnya pepohonan. Meski ramai, Muaro Mati tetap mempertahankan ketenangannya yang membuat banyak orang ingin datang kembali.
Muaro Mati adalah pengingat bahwa menikmati alam tidak harus mahal. Terkadang, cukup dengan tikar, angin sepoi-sepoi, dan kebersamaan, kita sudah mendapatkan liburan yang sebenarnya. (*)














