PADANG, HARIANHALUAN.ID — Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat, Bakhtiar, menegaskan bahwa Muhammadiyah akan hadir dalam seluruh tahapan penanganan bencana, mulai dari tanggap darurat, rehabilitasi, hingga rekonstruksi. Hal ini disampaikannya pada Rabu (10/12) saat rapat pleno penanganan bencana di Sumbar.
Saat ini Muhammadiyah tengah memasuki tanggap darurat, ditandai dengan pengoperasian Posko Koordinasi Utama di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Sawahan, Kota Padang. Selain itu, pos-pos layanan lapangan juga telah berdiri di kawasan yang terdampak paling parah, yaitu di Malalak, Maninjau, Palupuah, Palembayan (Kabupaten Agam), Saniang Baka (Kabupaten Solok) dan Pancuang Taba (Pesisir Selatan)
Ketika banyak lembaga kemanusiaan biasanya mulai mengurangi aktivitas setelah masa tanggap darurat berakhir, Muhammadiyah akan mendampingi masyarakat hingga masyarakat benar-benar pulih.
“Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada tanggap darurat. Kami akan terus mendampingi warga hingga rehabilitasi dan rekonstruksi selesai. Sampai kondisi kembali normal seperti sebelum bencana,” ujarnya.
Ia memperkirakan proses pemulihan pascabencana akan memakan waktu minimal tiga bulan, namun bisa lebih lama mengingat besarnya dampak kerusakan.
Muhammadiyah Sumbar juga mendapatkan dukungan dari wilayah lain. PWM Bengkulu, PWM Riau dan PWM Lampung telah mengirimkan tim relawan serta logistik untuk mempercepat proses penanganan bencana.
Bakhtiar juga mengungkapkan bahwa beberapa Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), terutama sekolah, mengalami kerusakan serius. Bahkan empat sekolah Muhammadiyah hilang tersapu banjir bandang. Satu di Saniang Baka, Kabupaten Solok dan tiga lainnya di Salareh Aia, Palembayan, Agam.
Selain sekolah, sejumlah masjid dan musholla Muhammadiyah tercatat mengalami kerusakan ringan hingga berat.
“Kerusakan AUM, terutama sekolah dan rumah ibadah, akan menjadi bagian penting dari rencana pemulihan. Ini akan kami prioritaskan,” tegasnya. (*)














