HARIANHALUAN.ID – Banjir besar yang melanda Sumatera beberapa hari lalu meninggalkan luka yang tidak kasat mata. Di balik kehancuran rumah dan sekolah yang terendam lumpur, ada luka psikologis yang menganga dalam diri ribuan anak. Mereka adalah siswa-siswa yang tiba-tiba kehilangan rutinitas, teman, bahkan anggota keluarga dalam sekejap.
Saat bantuan logistik mulai mengalir dan tenda-tenda pengungsian mulai tertata, ada satu kebutuhan mendesak yang kerap luput dari perhatian: pemulihan trauma psikologis. Ironisnya, dimensi ini sering kali menjadi prioritas terakhir, padahal dampaknya bisa bertahan seumur hidup.
Luka yang Tak Terlihat
Anak-anak penyintas bencana biasanya mengalami gejala stres pascatrauma yang khas. Mimpi buruk yang berulang, kecemasan berlebihan saat hujan turun, kesulitan berkonsentrasi di kelas, hingga ketakutan ekstrem terhadap air atau suara gemuruh. Ini bukan sekadar “fase yang akan berlalu”. Tanpa penanganan memadai, kondisi ini akan mengganggu tumbuh kembang mereka dan menurunkan kualitas hidup di masa depan.
Sebagai hipnoterapis yang telah membantu ribuan klien keluar dari belenggu trauma, saya melihat urgensi untuk menempatkan hipnoterapi sebagai bagian integral dari respons darurat bencana. Ini bukan lagi soal metode alternatif yang opsional, melainkan kebutuhan nyata untuk penanganan trauma anak secara cepat dan efektif.
Bagaimana Hipnoterapi Bekerja?
Hipnoterapi memanfaatkan kondisi gelombang otak tertentu untuk mengakses pikiran bawah sadar, tempat di mana memori traumatis tersimpan. Berbeda dengan konseling biasa yang mengandalkan pembicaraan di tingkat sadar, hipnoterapi bekerja lebih dalam membantu anak memproses ulang pengalaman traumatis tanpa harus merasakan kembali kepedihan yang sama.
Keunggulan metode ini terletak pada kecepatannya. Riset internasional menunjukkan hasil yang menggembirakan. Studi terhadap anak-anak korban Badai Katrina di Amerika Serikat menemukan bahwa 78 persen dari mereka, mengalami penurunan signifikan gejala trauma hanya setelah 4-6 sesi hipnoterapi. Di Indonesia, pascagempa Yogyakarta 2006, para hipnoterapis yang turun langsung ke lokasi bencana juga melaporkan kemajuan serupa.
Yang membuat hipnoterapi sangat cocok untuk anak-anak Indonesia adalah pendekatannya yang tidak menakutkan. Sesi terapi bisa dirancang seperti permainan imajinatif atau penceritaan dongeng yang menyenangkan. Anak-anak, dengan imajinasi yang kaya dan kemampuan alami mereka untuk masuk kondisi trans, justru menjadi subjek ideal untuk metode ini.
Tantangan di Lapangan
Namun ada satu masalah besar, keterbatasan tenaga. Hipnoterapis profesional bersertifikat resmi BNSP RI masih sangat sedikit, terutama di daerah rawan bencana. Sistem tanggap darurat kita sudah sangat baik dalam mendistribusikan makanan, air bersih dan obat-obatan.










