Mak Yusmaniar adalah wajah dari luka sekaligus harapan baru di kampung itu.
Di antara reruntuhan, ia tetap berdiri meski tubuhnya renta. Matanya berkaca-kaca, bukan hanya karena kehilangan, tetapi juga karena keyakinan bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan hambanya.
Dan dari bibirnya, pada setiap orang yang ia temui, hanya satu permintaan yang ia ulang pelan,
“Tolong bantu Amak…”
Kalimat yang sama ia bisikkan setiap malam, di pelataran masjid yang kini menjadi rumah sementaranya.
Karena bagi Mak Yusmaniar dan warga Ngalau Gadang, pulang kini bukan lagi menuju rumah mereka yang hilang, melainkan menuju tempat yang diberkahi Ketabahan dan perlindungan Allah. (*)














