HARIANHALUAN.ID – Masalah karies gigi pada anak usia sekolah masih menjadi pekerjaan rumah besar dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa 84,8% anak usia 5–9 tahun mengalami karies gigi. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan lemahnya upaya pencegahan yang dilakukan sejak gigi permanen mulai tumbuh.
Salah satu masalah yang paling sering ditemui adalah karies pada gigi molar pertama permanen. Gigi ini umumnya erupsi pada usia sekitar enam tahun dan sering kali tidak disadari oleh orang tua sebagai gigi permanen, sehingga perawatannya kerap terabaikan. Di beberapa kota besar di Indonesia, prevalensi karies pada gigi molar pertama permanen dilaporkan berada pada kisaran 64,5% hingga 82%.
Hasil screening yang kami lakukan pada murid kelas satu hingga kelas tiga SD Negeri 34 Seberang Palinggam, Kota Padang, menunjukkan bahwa 65,27% murid telah mengalami karies pada gigi molar pertama permanen.
Temuan ini cukup mengkhawatirkan mengingat rata-rata usia anak adalah delapan tahun, yang berarti hanya dalam waktu dua tahun setelah erupsi, gigi permanen tersebut sudah mengalami kerusakan. Kondisi ini menunjukkan bahwa masa awal erupsi merupakan periode yang sangat rentan terhadap terjadinya karies.
Secara anatomi, gigi molar pertama permanen memiliki pit dan fissure yang dalam pada permukaan kunyahnya. Struktur ini memudahkan penumpukan sisa makanan dan bakteri, namun sulit dibersihkan dengan menyikat gigi biasa.
Ditambah dengan kemampuan anak yang masih terbatas dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, risiko karies menjadi semakin tinggi. Jika tidak dicegah sejak dini, karies pada gigi permanen akan berdampak jangka panjang terhadap fungsi kunyah, estetika, hingga kualitas hidup anak.










