PADANG, HARIANHALUAN.ID — Penanganan bencana di Sumatera Barat (Sumbar) belum menunjukkan orkestrasi yang solid dan terintegrasi. Di tengah besarnya dampak ekologis dan ekonomi yang ditimbulkan, Sumbar sampai saat ini masih bergerak parsial. Sementara masyarakat menanti kepastian arah pemulihan yang lebih terukur dan berkeadilan.
Hal ini terungkap dalam diskusi dan dialog terbuka antara Senator Irman Gusman dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar, pimpinan organisasi kemasyarakatan, akademisi, serta tokoh masyarakat di Rumah Makan Suasso, Kota Padang, Senin (15/12) malam.
Dalam kesempatan itu, Irman Gusman, mengatakan, Sumbar belum sepenuhnya bersatu padu menghadapi situasi darurat yang kompleks dan berlarut. Menurutnya, respons pemerintah terhadap bencana cenderung lamban, termasuk dalam penetapan status bencana.
Meski demikian, Irman menilai Sumbar tetap harus bersikap arif dan proporsional. Ia mengakui dampak bencana di Sumbar tidak separah Aceh, namun kerugian ekonomi tetap signifikan.
Irman menekankan pentingnya memanfaatkan momentum ini untuk membangkitkan Sumbar, bukan sekadar meratapi dampak bencana. Ia berharap anggaran pemulihan sekitar Rp13 triliun dapat segera direalisasikan, seiring percepatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) rehabilitasi yang menjadi prasyarat pencairan dana.
Irman menegaskan bahwa kebangkitan Sumbar hanya mungkin terwujud jika kekompakan benar-benar hadir di masa sulit. Ia menilai animo perantau untuk membantu sangat besar, namun kesiapan di daerah masih perlu diperkuat. “Dalam hal ini, gagasan PWI membentuk tim pemantau sangat penting agar gerak langkah pemulihan lebih teratur dan terukur,” katanya.














