PADANG, HARIANHALUAN.ID — Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumatra Barat, Defri Imung Mulyadi, menyoroti dua hal krusial dalam penanganan pascabencana di Sumatra Barat.
Yaitu keteguhan etika jurnalis Sumatra Barat di tengah keterbatasan, serta belum maksimalnya pelibatan perguruan tinggi dalam upaya pemulihan.
Defri Imung Mulyadi mengungkapkan, di tengah kondisi darurat dan tekanan ekonomi, banyak jurnalis di Sumatra Barat justru memilih menahan diri untuk tidak menerima bantuan, bahkan enggan dicatat sebagai penerima bantuan terdampak bencana.
“Banyak jurnalis di Sumbar yang enggan menerima bantuan. Untuk sekadar membuat daftar nama jurnalis terdampak saja mereka tidak mau. Padahal banyak dari mereka yang juga terkena bencana dan harus meliput pada saat yang sam,” ujarnya dalam diskusi penanganan bencana Sumbar yang diinisiasi senator Irman Gusman dan PWI Sumbar di Padang Senin (15/12).
Menurut ketua asosiasi jurnalis Televisi ini, sikap itu mencerminkan kuatnya etika dan tanggung jawab profesi jurnalis, yang tetap mengutamakan kerja-kerja kemanusiaan dan kepentingan publik di tengah keterbatasan pribadi.
Di sisi lain, Defri menilai pemulihan Sumatra Barat tidak akan berjalan cepat tanpa keterlibatan aktif perguruan tinggi. Ia menegaskan, pemerintah harus secara sadar dan terstruktur mengajak kampus-kampus untuk turun langsung dalam upaya pemulihan.
“Perguruan tinggi punya kekuatan luar biasa. Kebetulan pula, wilayah terdampak di Kota Padang adalah pusat perguruan tinggi. Semua rektor harus mampu menggerakkan mahasiswa untuk terlibat dalam pemulihan,” katanya.














