“Lumpur yang masuk ke kelas cukup tebal dan sulit dibersihkan sendiri. Kehadiran UISB sangat berarti bagi kami, karena mempercepat pemulihan ruang belajar sehingga siswa dapat segera kembali beraktivitas,” ungkapnya.
Bagi para mahasiswa UISB yang terlibat, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga tentang makna pengabdian dan kepedulian sosial. Mereka bekerja tanpa ragu, membersihkan lumpur yang mengotori ruang kelas dengan satu tujuan sederhana: agar adik-adik mereka di bangku SMA dapat kembali belajar dengan nyaman.
Salah seorang mahasiswa relawan menyampaikan bahwa kegiatan ini membuka kesadaran akan rapuhnya dunia pendidikan di tengah bencana.
“Kami ingin membantu sebisa mungkin. Jika ruang kelas bersih, semoga semangat belajar siswa juga kembali tumbuh,” ujarnya.
UISB memahami bahwa ruang belajar yang kotor dan rusak tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga mempengaruhi psikologis siswa. Lingkungan belajar yang tidak layak dapat menurunkan konsentrasi dan motivasi. Oleh karena itu, pembersihan kelas ini dilakukan dengan tujuan memulihkan fungsi sekolah sekaligus mengembalikan rasa aman dan semangat belajar para siswa.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UISB menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan UISB dalam menjalankan pengabdian kepada masyarakat yang responsif terhadap kondisi darurat.
“Pengabdian tidak selalu harus berupa program besar. Kehadiran langsung dan kerja nyata di lapangan sering kali justru memberikan dampak paling nyata bagi masyarakat,” jelasnya.














