Kisah duka lainnya datang dari seorang anak bernama Zafran, berusia empat tahun. Ia selamat bersama ayahnya, namun mengalami patah kaki dan membutuhkan penanganan medis lanjutan. Dalam peristiwa yang sama, ibu Zafran yang tengah mengandung delapan bulan serta kakaknya dinyatakan meninggal dunia.
Ketua Tim Satgas UMNatsir Bukittinggi, Hengki Januardi, menegaskan bahwa kehadiran tim bukan semata menyalurkan bantuan logistik, tetapi juga memberikan pendampingan moral bagi warga yang tengah berjuang bangkit dari trauma.
“Kami ingin hadir langsung di tengah masyarakat agar mereka tidak merasa sendiri menghadapi musibah ini. Bantuan kemanusiaan harus disertai empati dan kehadiran nyata,” ujarnya.
Rektor UMNatsir Bukittinggi, Afridian Wirahadi Ahmad, menambahkan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam respon kebencanaan. Tidak hanya dalam distribusi bantuan, tetapi juga dalam edukasi, pendataan, hingga pemulihan sosial masyarakat pascabencana.
Apresiasi datang dari Wali Nagari Salareh Aia Timur, Ahmad Fauzi. Ia menyebut kehadiran Tim Tanggap Bencana UMNatsir sangat membantu pemerintah nagari dalam menjangkau warga terdampak secara langsung.
“Kami sangat berterima kasih atas kepedulian UMNatsir. Pendataan dan distribusi logistik secara door to door ini sangat berarti bagi masyarakat kami yang sedang berduka,” ungkapnya.
Tim Satgas Tanggap Bencana UMNatsir memastikan kegiatan distribusi logistik dan pendataan masyarakat akan terus berlanjut hingga seluruh warga terdampak di Nagari Salareh Aia Timur terdata dan kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi secara merata.
Di tengah lumpur, air mata, dan puing-puing rumah, kehadiran para relawan menjadi penopang harapan—
bahwa kemanusiaan tetap hidup, bahkan di saat bencana merenggut segalanya. (*)














