Sementara itu, Gubernur Mahyeldi menilai kehadiran BP Taskin memberi sinyal kuat bahwa pemulihan Sumbar tidak hanya berhenti pada bantuan darurat. Menurutnya, sinergi pusat dan daerah menjadi penentu apakah masyarakat terdampak bisa bangkit atau justru terperosok lebih dalam.
Usai pertemuan, tim BP Taskin turun ke lapangan. Kecamatan Pauh menjadi salah satu titik penting. Di SMP Negeri 44 Padang, yang dijadikan lokasi pengungsian, tim mendapati realitas bahwa banyak warga kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan. Bantuan diserahkan, tetapi ada pesan yang lebih jauh, pendampingan ekonomi masyarakat terdampak bencana mesti menjadi fokus kebijakan strategis pemerintah ke depannya.
Kunjungan kemudian berlanjut ke Padang Pariaman, daerah yang kerusakannya menyentuh sektor pangan. Bupati Padang Pariaman, Jon Kennedy Azis mengungkapkan bahwa banjir telah menghilangkan lahan pertanian warga, yang tertimbun lumpur dan kehilangan batas kepemilikan.
Masalah ini, bagi BP Taskin, bukan sekadar teknis pertanian, melainkan ancaman langsung terhadap keberlanjutan hidup petani. Novrizal Tahar menegaskan komitmen BP Taskin untuk mendampingi pemerintah daerah (pemda) mencari solusi, agar petani tidak kehilangan sumber nafkahnya secara permanen.
Di Sumbar, banjir telah menjadi ujian berulang. Yang dipertaruhkan kini bukan hanya kecepatan bantuan, tetapi kemampuan negara mencegah bencana berubah menjadi kemiskinan turun-temurun. Kehadiran BP Taskin membuka harapan, namun hasil akhirnya akan ditentukan oleh seberapa jauh negara mampu bergerak cepat, terkoordinasi, dan berpihak pada kelompok paling rentan. (*)














