PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Bencana hidrometeorologi ekstrem yang dipicu oleh Siklon Tropis Senyar pada 21-27 November 2025 lalu meninggalkan dampak serius bagi Kota Pariaman. Salah satu sektor yang terdampak cukup berat adalah usaha perikanan budidaya akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah.
Banjir terjadi di beberapa titik, dengan kawasan terparah berada di wilayah yang bersentuhan langsung dengan aliran Sungai Batang Mangau. Luapan air sungai menyebabkan kolam-kolam budidaya rusak serta komoditas perikanan hanyut terbawa arus.
Data lapangan yang dihimpun Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Pariaman melalui Bidang Perikanan mencatat sebanyak 15 desa dan kelurahan terdampak dari sisi usaha perikanan budidaya. Dampak tersebut dialami oleh 19 pelaku usaha perikanan yang tersebar di berbagai wilayah Kota Pariaman.
Adapun desa dan kelurahan yang terdampak antara lain Desa Pauh Kurai Taji, Desa Balai Kuraitaji, Badang Tajongkek, Taluak, Pauh Timur, Pakasai Kajai, Kelurahan Alai Gelombang, Cubadak Air Selatan, Air Santok, Bato, Bungo Tanjung, Kampung Gadang, Sungai Pasak Sungai Sirah, Cimparuah, serta Jawi-Jawi.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Pariaman, Marlina Sepa, menyebutkan banjir yang terjadi pada 27 November lalu mengakibatkan sebagian besar sarana dan prasarana perikanan mengalami kerusakan cukup parah.
Selain kerusakan kolam, ikan yang dibudidayakan juga dilaporkan mati dan hanyut terbawa banjir. Kondisi tersebut menyebabkan kerugian materi yang signifikan bagi para pelaku usaha perikanan budidaya di daerah terdampak.
“Akibat bencana besar ini ditaksir dengan luasan 10.320 meter persegi mengalami kerugian sebesar Rp959.000.000. Kerusakan sarana yang dimaksud antara lain kolam, serta prasarana berupa ikan yang dibudidayakan mati dan hanyut terbawa banjir,” ujar Marlina.
Menurutnya, situasi tersebut membutuhkan perhatian serius, terutama dalam upaya pemulihan pascabencana agar pelaku usaha perikanan dapat kembali berproduksi dan menjaga keberlanjutan usaha.
Marlina berharap adanya program pemulihan dan rehabilitasi pertanian yang berkelanjutan, termasuk peningkatan ketahanan sarana pertanian terhadap potensi bencana di masa mendatang.
“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, pendampingan teknis, serta sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat tani, sektor pertanian diharapkan dapat bangkit kembali, menjaga ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani,” tutupnya. (*)














