PADANG, HARIANHALUAN.ID — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumatera Barat) menggelar kegiatan pendampingan psikososial bagi anak-anak terdampak banjir di Jerong Sakayan Paku, Korong Asam Pulau, Nagari Anduring, Kecamatan 2×11 Kayu Tanam, Jumat (27/12).
Kegiatan ini menjadi bagian dari program PKM Tanggap Darurat yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang).
Sejak pagi hari, puluhan anak berkumpul mengikuti berbagai aktivitas bermain dan edukasi yang dirancang untuk membantu pemulihan psikologis pascabencana. Anak-anak diajak mewarnai gambar, bermain puzzle, serta mengikuti permainan kelompok sederhana yang bertujuan mengurangi rasa takut dan kecemasan akibat banjir.
Aktivitas mewarnai menjadi salah satu sesi yang paling diminati. Anak-anak bebas mengekspresikan perasaan mereka melalui warna-warna cerah pada gambar rumah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kegiatan dilanjutkan dengan permainan puzzle dan aktivitas kolaboratif yang melatih konsentrasi serta kerja sama, menciptakan suasana ceria dan penuh keakraban.
Di antara peserta, terdapat seorang anak tunarungu yang tetap mengikuti kegiatan dengan penuh antusiasme meski memiliki keterbatasan komunikasi. Anak tersebut aktif dalam sesi mewarnai dan bermain puzzle, mengekspresikan kegembiraan melalui gerak dan ekspresi wajah. Perhatiannya yang penuh selama kegiatan menarik simpati tim PKM UM Sumatera Barat.
Usai kegiatan, tim PKM melakukan kunjungan ke rumah anak tunarungu tersebut dan menyerahkan bantuan berupa meja belajar baru sebagai dukungan terhadap kenyamanan dan keberlanjutan proses belajarnya. Orang tua anak tersebut menyampaikan rasa haru dan terima kasih atas perhatian yang diberikan.
Ketua Tim PKM UM Sumatera Barat, Fadil Maiseptian, S.Sos.I., M.Pd., mengatakan bahwa kegiatan ini dikemas dengan pendekatan yang ringan dan menyenangkan agar anak-anak memiliki ruang aman untuk kembali bermain dan mengekspresikan diri. Menurutnya, pengalaman bencana sering kali meninggalkan dampak psikologis yang tidak langsung terlihat, terutama pada anak-anak.














