“Melalui kegiatan bermain dan pendampingan sederhana ini, kami berharap rasa cemas dan trauma anak-anak dapat berangsur berkurang dan digantikan dengan keberanian serta optimisme,” ujarnya.
Ia menambahkan, dukungan pendanaan dari Kemdiktisaintek RI melalui Ditjen Risbang memungkinkan perguruan tinggi untuk hadir lebih dekat dengan masyarakat terdampak bencana, tidak hanya melalui bantuan fisik, tetapi juga melalui pendampingan psikososial bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
Salah seorang warga Sakayan Paku, Rida, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sangat membantu kondisi psikologis anak-anak di lingkungannya. Ia menyebutkan, sejak banjir melanda, banyak anak terlihat murung dan cemas, terutama saat hujan turun.
“Dengan adanya kegiatan dari UM Sumatera Barat ini, anak-anak bisa tertawa lagi dan berkumpul bersama. Kami sebagai orang tua juga merasa lebih tenang karena ada perhatian dan pendampingan,” ujarnya.
Kegiatan di Sakayan Paku melibatkan dosen dan mahasiswa UM Sumatera Barat yang sebelumnya telah mendapatkan pembekalan dasar mengenai pendekatan psikososial dan Psychological First Aid (PFA). Para mahasiswa bertugas sebagai fasilitator sekaligus pendamping yang menjadi teman bermain dan tempat bercerita bagi anak-anak.
Program pendampingan psikososial di Jerong Sakayan Paku merupakan bagian dari rangkaian PKM Tanggap Darurat yang dilaksanakan UM Sumatera Barat di sejumlah wilayah terdampak banjir di Sumatera Barat. Ke depan, kegiatan serupa direncanakan terus berlanjut dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat seiring memasuki fase pemulihan pascabencana. (*)














