MUARO PINGAI, HARIANHALUAN.ID — Pascabencana banjir dan longsor yang melanda Nagari Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, pada akhir November lalu, pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan psikososial menjadi prioritas utama.
Menjawab kondisi tersebut, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatera Barat TA 2025 Prioritas I, bertajuk “Mitigasi & Recovery: Kolaborasi Distribusi Logistik dan Pendampingan Psikososial Kreatif Pascabencana di Muaro Pingai, Kabupaten Solok”.
Program ini didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM). Kegiatan diketuai oleh Khairunnisa, M.Kom., bersama tim dosen Nitasri Murawaty Girsang, S.Pd., M.Si; Nofi Rahmanita, S.Sn.,M.Sn.; Dr. Iswandi, S.Pd., M.Pd. dan Naufal Hibatullah, S.Par., M.Par., serta melibatkan mahasiswa lintas disiplin sebagai relawan lapangan.
Bencana hidrometeorologi tersebut berdampak pada lima jorong yaitu Tanjuang, Panyalai, Guci II, Guci IV, dan Koto, yang sebagian wilayahnya mengalami kerusakan infrastruktur, padam listrik, dan gangguan komunikasi. Selain kerusakan fisik, tekanan psikologis juga dirasakan masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah dasar yang mengalami kecemasan pascakejadian.
Kegiatan pengabdian ini diawali dengan pengantaran logistik ke Nagari Muara Pingai. Logistik yang disalurkan sebanyak 4 truk meliputi makanan cepat bergizi, kebutuhan bayi, obat-obatan dasar, hygiene kit, selimut, serta perlengkapan darurat lainnya. Pengantaran dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kerusakan dan aksesibilitas wilayah, sehingga bantuan dapat menjangkau masyarakat secara merata dan tepat sasaran.
Selain logistik dasar, tim juga mengantarkan perangkat teknologi darurat untuk memperkuat fungsi posko dan komunikasi publik, yaitu genset berkapasitas 4.000 watt, perangkat internet satelit (Starlink), dan portable sound system. Genset digunakan untuk menjamin ketersediaan energi bagi penerangan dan layanan dasar ketika listrik padam. Starlink diaktifkan sebagai solusi pemulihan komunikasi agar koordinasi lintas jorong dan pelaporan kondisi dapat berjalan real time. Sementara itu, portable sound system dimanfaatkan untuk pengumuman distribusi bantuan, penyampaian informasi kebencanaan, serta mendukung kegiatan pemulihan sosial.
Sebagai bagian dari tata kelola yang transparan dan berkelanjutan, penyerahan aset dan logistik dilakukan kepada Wali Nagari Muaro Pingai, Dodi Hermen, S.E, disertai Satgas Nagari, Bendahara Nagari, dan beberapa wali jorong. Penyerahan ini menegaskan peran pemerintah nagari sebagai mitra utama dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan keberlanjutan penggunaan bantuan pascabencana. Melalui mekanisme tersebut, aset dan logistik dapat dikelola secara akuntabel serta didistribusikan sesuai kebutuhan riil di lapangan. Keterlibatan satgas dan perangkat nagari juga memperkuat koordinasi lintas jorong dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses penanganan pascabencana.
Selain pemenuhan kebutuhan fisik, program ini menempatkan pendampingan psikososial kreatif sebagai pilar pemulihan. Fokus utama diarahkan pada trauma healing bagi anak-anak sekolah dasar yang terdampak langsung oleh bencana. Tim dosen dan mahasiswa melaksanakan kegiatan berbasis seni seperti menggambar ekspresif, permainan kreatif, musik sederhana, dan storytelling untuk membantu anak-anak mengekspresikan perasaan, meredakan kecemasan, serta memulihkan rasa aman. Pendekatan seni dipilih karena inklusif, mudah diterima anak-anak, dan selaras dengan konteks budaya setempat. Kegiatan berlangsung di ruang aman sementara dengan suasana yang mendukung interaksi positif.
Program Mitigasi & Recovery menegaskan bahwa penanganan pascabencana memerlukan pendekatan terpadu. Melalui pendekatan terpadu yang menggabungkan distribusi logistik, pemanfaatan teknologi darurat, dan pendampingan psikososial kreatif, program Mitigasi & Recovery memperkuat proses pemulihan pascabencana di Muaro Pingai. Ke depannya, program ini diharapkan menjadi model kolaborasi penanganan pascabencana yang berkelanjutan, adaptif, dan berorientasi pada penguatan ketahanan sosial masyarakat. (Nitasri Murawaty Girsang, S.Pd.,M.Si; Khairunnisa, M.Kom; Nofi Rahmanita, S.Sn.,M.Sn; Naufal Hibatullah, S.Par.,M.Par; Dr. Iswandi, S.Pd., M.Pd)














