Dari segi geopolitik, ketegangan dinilai memberikan sedikit kelegaan sepanjang tahun, meskipun dampaknya terbukti berumur pendek. Namun, konflik geopolitik global masih menjadi kekhawatiran terkait gangguan pasokan dan gejolak harga.
Dari sisi domestik, angka pertumbuhan 5 persen dinilai menunjukkan stabilitas perekonomian domestik dan menjadi target yang wajar untuk pertumbuhan pada 2026.
Namun, pemulihan ekonomi domestik Indonesia masih dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas pangan dan energi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
Selain itu, ketergantungan Indonesia terhadap impor juga mempengaruhi aliran devisa.
Ibrahim mendorong penguatan fundamental ekonomi domestik dengan tidak meletakkan seluruh beban pertumbuhan hanya pada daya beli.
“Belanja pemerintah harus berperan lebih efektif dalam menghasilkan dampak berganda terhadap perekonomian rakyat, sedangkan sektor ekspor perlu dikembangkan untuk memproduksi lebih banyak komoditas bernilai tambah tinggi,” ujar Ibrahim.
Untuk perdagangan Jumat (2/1/2026), Ibrahim memproyeksikan pergerakan rupiah masih akan bersifat fluktuatif dengan kecenderungan ditutup melemah di kisaran Rp16.680 hingga Rp16.710 per dolar AS. (*)














