Isbedy Stiawan ZS
MENGGALI MINYAK
di tanah gembur
hutanhutan subur
di ladangladang lain
minyak pun kerontang
hingga kau naikkan
harga; "kami melata!"
di ladang pertambangan
tak lagi tumbuh minyak
lalu kau naikkan harga
jual lagi; "kami hanya
tutup mata?"
apakah tanahair ini
begitu sulit menggali
minyak? "kukandangkan
mesinmesin itu..."
MENANTI KABAR
raja minyak itu
tak lagi berbagi
cinta; "ia hanya
masih punya
amarah."
kamilah, pemilik itu!
setelah tiga putaran
kami seperti cuma
menanti kabar
BBM naik dan naik
lagi...
mendekati detak
waktu di sore hari
sesaat kau tinggalkan
ini panggung; kami
gelap mata. "tiada
raja minyak itu
tak ada."
RINDU AIR MATAMU
tibatiba aku rindu air matamu
yang mengucur dari sedihmu
yang mengalir dalam aroma
duka cita kami; seperti dulu
ketika minyak pembakar
mesin melayang ke langit
aku rindu, ya rindu air matamu
yang mengalir di aroma
pertamax-pertalite-solar
ketika mancur dan mengucur
..
aku hendak menyuling air matamu
tangis kesedihan yang seakan
sampai derunya ke hati orangorang
aku rindu setetes air dari matamu
berbinar. saat ini. ketika kau tahu,
perempuanku, kala kau baca
gaduh bagi pengendara. antre
kecam dan duka juga
aku ingin menyuling air dari bola
matamu. kualirkan ke sumur pompa,
ke dalam dirigen maupun tanki
dan kelak, kujadikan pula airmata
di sepanjang jalan lengang
sebab aku tak bisa lagi teriak
di negeri yang seakan tak
butuh teriakan, segala
bisa jalan semaunya
kebut tanpa arah
ataupun pijakan…
AKU SUDAH RINGKIH
KETIKA ANAKANAK ITU
BERMAIN DI JALANJALAN
di mana kakiku? sekiranya tak
kutemukan karena hilang di dalam
mimpi. ini hari aku tak bisa
ke manamana. di jalan sudah ramai
orangorang mengacungkan tangan
melambailambaikan poster. aku
ingin menikmati pelangi
dan aku barangkali sudah ringkih
ketika anakanak itu bermain di jalanjalan
pesta atas warisan tanah-laut-udara…
BIODATA
Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung pada 5 Juni 1958, dan sampai kini masih menetap di kota kelahirannya.
Ia menulis puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di berbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-lain.
Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020).
Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku Tandai Tahilalatmu, Kota Cahaya, Menuju Kota Lama (memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia, tahun 2014): Di Alunalun Itu Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi, dan Kau Kekasih Aku Kelasi (Siger Publisher, 2021), Masih Ada Jalan Lain Menuju Rumahmu (Siger Publisher, 2021), Tersebutlah Kisah Perempuan yang Menyingkap Langit (Teras Budaya, 2021), Buku Tipis untuk Kematian (basabasi, 2021), Masuk ke Ruangan Tubuh Anak-Anak (Pustaka Jaya, 2022), Mendaur Mimpi Puisi yang Hilang (Siger Publisher, 2022), dan Nuwo Badik, dari Percakapan dan Perjalanan (Siger Publisher, 2022).
Kemudian sejumlah buku cerpennya, yakni Perempuan Sunyi, Dawai Kembali Berdenting, Seandainya Kau Jadi Ikan, Perempuan di Rumah Panggung, Kau Mau Mengajakku ke Mana Malam ini? (Basabasi, 2018), dan Aku Betina Kau Perempuan (basabasi, 2020), Malaikat Turun di Malam Ramadan (Siger Publisher, 2021).
Isbedy pernah sebulan di Belanda pada 2015 yang melahirkan kumpulan puisi November Musim Dingin, dan sejumlah negara di ASEAN baik membaca puisi maupun sebagai pembicara. Beberapa kali juara lomba cipta puisi dan cerpen.
Proses kreatif Isbedy Stiawan ZS menjadi tesis Pascasarjana Fitri Angraini di FKIP Universitas Lampung (Unila) kemudian terbit sebagai buku bertajuk Dunia Kreatif Isbedy Stiawan ZS (editor Maman S. Majayana, Penerbit Aura Publisher).