“Jadi, seharusnya, setelah Penas ini lahir kebijakan baru pemerintah. Hasil dari pertemuan dengan kaum petani tadi. Kalau ke depan kebijakan dari sektor pertanian masih begitu-begitu saja, artinya kan percuma saja bertemu dengan petani. Berarti masukan dari petani selama penas tidak didengar,” tutur mantan Kepala Dinas Pertanian Sumbar itu.
Peningkatan Kapasitas Petani
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun) Sumbar, Febrina Tri Susila Putri mengatakan, Penas KTNA XVI merupakan ajang untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi petani. Di ajang inilah para petani bisa belajar banyak tentang pertanian, mulai dari inovasi hingga teknologi-teknologi terbaru.
“Selama Penas KTNA kan petani diperkenalkan inovasi-inovasi terbaru. Misalnya bagaimana bertani di lahan sempit. Sehingga bagi yang lahannya sedikit, masih tetap bisa meningkatkan produksi. Lalu, diperkenalkan juga teknologi pertanian presisi; bagaimana melakukan pemupukan dengan berbasis teknologi android. Kalau sekarang kan kebanyakan kan masih manual. Di ajang Penas Tani inilah mereka belajar itu semua,” ujar Febrina.
Ia menuturkan, dalam Penas KTNA XVI ini, kehadiran petani-petani milenial menjadi keunggulan tersendiri, yang belum ada di penas-penas sebelumnya. Dalam Penas KTNA XVI ditampilkan petani-petani muda yang telah berhasil danmenghasilkan banyak uang dari sektor pertanian.
“Selama Penas KTNA XVI mereka berbagi dengan kaum muda lainnya tentang bagaimana sektor pertanian itu bisa menghasilkan banyak keuntungan. Bahwa petani ini bukan kaum rendahan. Nah, ini kan sasarannya jangka panjang. Sehingga ke depan lebih banyak lagi muncul petani-petani milenial yang membawa kemajuan bagi pertanian Sumbar di masa yang akan datang,” ujarnya. (h/dan)














