PADANG, HARIANHALUAN.ID – Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Sumbar berkolaborasi dengan lembaga dan ormas Islam se Sumatera Barat, serta Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menggelar Tablig Akbar bersama Ustaz Salim A.Fillah di Masjid Baitul Auliya, Kantor Gubernur Sumbar, Minggu (23/7).
Tablig Akbar yang membahas makna hijrah dan spirit kepahlawanan nasional ini, berjalan dengan khidmat.
Sebelum sesi pembahasan dari Ustaz Salim dimulai, acara dibuka oleh beberapa sambutan di antaranya dari Ustaz Dr. H. Urwatul Wusqa, Lc,. MA. selaku Dewan Pembina IKADI Sumbar dan Ustaz H. Muslim Muhammad Yatim, Lc., M.M., selaku Anggota DPD/MPR RI Dapil Sumbar.
Sekitar 500 peserta mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Terbukti banyaknya peserta yang bertanya dan datang dari berbagai wilayah yang ada di Sumatera Barat, mulai dari Pasaman, Pariaman, Batusangkar, Solok, Sijungjung, Sawahlunto dan tentu saja dari Kota Padang.
IKADI Sumbar memanfaatkan momentum tahun baru Islam 1445 H dalam Safari Dakwah Ustaz Salim yang datang ke Ranah Minang ini.
Ustaz Salim adalah seorang penulis, dengan karyanya yang fenomenal di kalangan anak muda khususnya. Seperti Dalam Dekapan Ukhuwah, Agar Bidadari Cemburu Padamu yang pernah ditayangkan dalam series terbaru oleh SAF original, Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah, dan karya lainnya yang selalu mengandung pesan mendalam.
Sesi materi, berlangsung dengan cukup kondusif, dan membahas beberapa poin penting terkait makna hijrah yang diajarkan dalam Islam, serta mengambil hikmah dari banyaknya kisah perjuangan penuh semangat hijrah pada masa sebelumnya.
Ustaz Salim menekankan pada poin memaknai spirit hijrah dalam Islam dan bagaimana anak muda di zaman sekarang dapat memaknai hijrah tidak harus perpindahan fisik. Tapi dengan mengubah pola hidup beragama menjadi lebih baik.
Sebagai anak muda khususnya, spirit hijrah menegaskan bahwa hijrah itu berani berkorban, hanya mengandalkan atau bertawakal kepada Allah, terus dan tidak berhenti belajar, dan terus rendah hati atau tawadhu.
Ia juga berpesan kepada seluruh jemaah yang hadir, bahwa dalam berhijrah, tidak ada yang tidak dikorbankan, terkhusus meninggalkan zona nyaman menuju jalan yang Allah perintahkan.
“Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk berubah dan berhijrah,” katanya.
Terakhir, ia juga menyampaikan bahwa ada beberapa prinsip seorang muslim dalam berhijrah.
“Pertama, kita harus memberi teladan sebelum mengajak, kemudian mengikat hati sebelum memperkenalkan dengan menyamakan dulu frekuensinya, berikan pengenalan sebelum memberi peringatan dengan memberi kemudahan bukan dipersulit, dan berilah kabar gembira,” paparnya.
Kedua lanjutnya, kita harus bertawakkal. Satu-satunya tempat untuk bersandar adalah Allah SWT dan bukan mengandalkan harta, jabatan, dan sebagainya. Hal tersebut telah dicontohkan Shuhaib setelah berhijrah ke Madinah.
Ketiga, tidak berhenti belajar. Orang yang berhijrah tidak pernah berhenti mencari ilmu. Justru, dia selalu haus dan kurang akan ilmu agama. Tanpa ilmu iman kita tidak akan meningkat. Ilmu akan mengiringi setiap ibadah yang dilakukan.
Keempat, kata dia, adalah rendah hati. Penyakit orang yang baru berhijrah adalah sombong. Merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Hal ini yang sangat perlu dihindari.
Ustaz Salim mengatakan, jangan sampai berhijrah namun hanya pindah dosa. Meninggalkan dosa-dosa yang membuat Allah tidak ridha justru pindah ke dosa yang Allah tidak akan ampuni, yakni kesombongan. (h/rel)














