Berkaitan dengan topografi serta potensi bencana Kota Padang, menurut Isril Berd, bagian Barat arah pesisir Pantai Padang seharusnya tidak bisa lagi dikembangkan. Sebab kawasan itu sudah terlalu padat dengan pembangunan pusat pertokoan, perbelanjaan, hotel, homestay dan sebagainya.
“Kawasan Barat ini juga berada di dataran rendah yang bersisian langsung dengan laut. Akibatnya pada saat-saat tertentu daerah ini menjadi daerah yang selalu menjadi langganan banjir rob. Atau bahkan ketika cuaca ekstrim,” jelasnya.
Sementara wilayah Timur Kota Padang, jelas Bujang yang juga merupakan anggota ketua Forum DAS Sumbar ini, bersisian langsung dengan kawasan lindung bukit barisan yang berada tepat di dekat kampus Universitas Andalas (UNAND).
“Sayangnya di kawasan lindung ini juga sudah banyak terjadi perubahan-perubahan, daerah yang dahulunya adalah tutupan hutan, sudah berubah menjadi wilayah perumahan dan pemukiman,” ungkapnya.
Berdasarkan pengamatannya sejak medio tahun 1970 an, laju deforestasi serta penyalahgunaan pemanfaatan tata ruang di sekitaran daerah hutan konservasi Sumbar sangat tinggi. Kondisi itu menyebabkan daerah tangkapan resapan air semakin menyusut dan berkurang.
Akibatnya, jika daerah-daerah yang telah mengalami deforestasi hutan atau alih fungsi lahan lainnya, akan tidak sanggup menahan luncuran air hujan atau Rain Off lantaran rimbun pepohonan telah berganti hutan beton atau lahan pertanian dan perkebunan.














