HARIANHALUAN.ID- Anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Gerindra, Nurkhalis Dt. Bijo Dirajo tak henti melaksanakan kegiatan positif yang bermanfaat untuk masyarakat melalui program pokirnya sebagai anggota dewan.
Terbaru, pada Minggu (30/7), Festival Adat Koto Nan Ompek sukses dihelat dengan meriah dari pokir Nurkhalis.
Festival Adat Koto Nan Ompek digelar di halaman kantor Kerapatan Adat Nagori (KAN) Koto Nan Ompek, dan dihadiri langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda bersama jajaran forkopimda.
Nurkhalis dalam sambutannya menyampaikan, masyarakat Minangkabau memiliki adat istiadat yang berbeda pada tiap daerahnya, sebagaimana yang tergambar dalam pepatah Minangkabau, lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, yang berarti setiap daerah memiliki adat istiadat tersendiri.
“Begitu juga dengan masyarakat Minangkabau yang ada di Kota Payakumbuh, juga memiliki sebuah tradisi tersendiri yang masih dijalankan oleh masyarakat. Tujuan digelarnya festival ini adalah untuk melestarikan adat salingka nagari yang ada di masyarakat,” ucap Nurkhalis.
Nurkhalis menuturkan, festival ini Ia harapkan bisa mengangkat kembali adat dan budaya yang ada daerah, khususnya di Luak Limopuluah (Payakumbuh-Lima Puluh Kota). Karena, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai kebudayaan mereka.
“Selain melestarikan adat dan budaya di masyarakat, kita juga harapkan kegiatan ini bisa meningkatkan sektor pariwisata di daerah,” ujarnya menambahkan.
Kemudian melalui festival ini Ia berharap generasi muda bisa memahami tentang adat istiadat yang ada di daerahnya masing-masing.
Nurkhalis yang juga Anggota Komisi II DPRD Sumbar itu menambahkan, Festival Koto Nan Ompek diikuti oleh anggota Bundo Kanduang se- Kota Payakumbuh dan Lima Puluh Kota.
Festival yang diadakan menampilkan beragam adat dari Nagari Koto Nan Ompek, seperti adat manjapuik marapulai, maantaan marapulai, anak daro manjalang mintuo, maantaan pabukoan, maantaan asam, aqiqah, turun mandi, cucu manjapuik malam, sunat rasul, Khatam Al-Qur’an.
“Ada 9 adat yang ditampilkan iven ini oleh Nagari Koto Nan Ompek. Untuk manjapuik marapulai ditampilkan oleh sepuluh nagari yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota,” ucapnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda menyampaikan, Ia sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, terkhusus kepada anggota DPRD Sumbar, Nurkhalis, Dt. Bijo Dirajo yang telah turut serta dalam menjaga kelestarian adat budaya dengan menggelar Festival Adat Budaya Kenagarian Koto Nan Ompek.
Disebut Rida, dilaksanakannya acara itu merupakan salah satu upaya pengembalian jati diri bangsa dan kembali menyatukan potensi budaya yang telah terpendam, khususnya Adat Budaya Koto Nan Ompek.
“Kita semua harus melestarikan kebudayaan daerah Koto Nan Ompek ini, yang diharapkan dapat menjadi langkah nyata sebagai alternatif yang positif untuk nantinya dikembangkan oleh para generasi muda penerus bangsa, serta mampu menjadi jembatan yang membangun kembali nilai-nilai budaya di Kota Payakumbuh,” ujar Rida.
Ia mengatakan, Festival Adat Budaya Koto Nan Ompek merupakan wujud dalam mengedepankan harmonisasi pada kehidupan keberagaman agama, etnis dan budaya.
Rida juga mengaku sangat bangga, karena secara sosial kultural, Kota Payakumbuh memiliki masyarakat yang heterogen, terbukti dengan banyaknya suku bangsa layaknya miniatur Indonesia. Momentum seperti ini dikatakannya akan dapat menjadi alat untuk mengekspresikan kecintaan terhadap budaya leluhur dan memotivasi suku lain yang ada di Kota Payakumbuh, untuk berani menampilkan keunikan dan keindahan budayanya.
“Kita semua harus memulai untuk membangun komitmen yang serius, bahwa kegiatan seperti ini harus menjadi agenda pariwisata tahunan yang menarik para wisatawan serta menjadi tali perekat persaudaran bukan hanya untuk daerah Koto Nan Ompek saja namun juga untuk semua kalangan,” tuturnya.
Pada kesempatan itu Rida menyampaikan harapan, untuk semua warga terkhususnya masyarakat Payakumbuh, agar tidak melupakan nilai-nilai budaya leluhur walaupun berada di perantauan, baik itu dari segi bahasa, tarian, lagu daerah, kuliner serta lainnya. (*)














