SOLSEL, HARIANHALUAN.ID — Minimnya komitmen kelompok penerima bantuan sapi menjadi kendala utama dalam merealisasikan program Satu Keluarga Satu Sapi (Suka Sapi) sebagai program unggulan Pemerintah Kabupaten Solok Selatan (Pemkab Solsel).
Dari laporan penyuluh pertanian serta Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Solsel, minimnya komitmen itu didasari oleh kurangnya pengalaman dan pengetahuan kelompok dalam manajemen pengelolaan ternak sapi.
Bupati Solsel, Khairunas menjelaskan, kendala lain yang ditemukan berdasarkan laporan terkait adalah pengelolaan secara komunal yang dianggap milik pribadi, sehingga keluar dari aturan kelompok dan bahkan sampai ada yang menjualnya.
“Sapi yang dikelola secara komunal dianggap kepunyaan pribadi, sehingga tidak mematuhi aturan kelompok. Kemudian tidak mengerti manajemen kandang yang sesuai standar, dan terakhir prosedur penjualan, pengadaan, pelaporan dan pertanggungjawaban yang juga tidak dipahami,” katanya pada pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Pengelolaan Ternak Sapi bagi Kelompok Penerima Bantuan Kegiatan Suka Sapi di Aula Sarantau Sasurambi, Solsel, Selasa (29/8).
Khairunas melanjutkan, dari kendala ini dinilai perlu dilakukan pemberian pengetahuan pada seluruh penerima bantuan sapi ini. Sehingga program pemerintah tidak saja bisa berjalan, namun juga dapat dikelola dan dikembangkan demi tujuan memperbaiki perekonomian. Apalagi Pemkab Solsel akan kembali menyalurkan program Suka Sapi di tahun 2023 ini sebagai bentuk upaya pencapaian Solsel sebagai salah satu daerah produsen daging sapi.
Dengan itu Bupati Solsel juga meminta kepada dinas terkait untuk mencatat semua kendala dan permasalahan sebelumnya dan mencari jalan keluar lainnya agar kondisi yang sama tidak akan terjadi lagi nantinya
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi dan Teknologi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Barat, Efdal Kavri juga mengatakan dalam pengelolaan hewan sapi, perlu disesuaikan cara perawatannya dengan jenis sapi yang dimiliki.
“Kami mendukung program ini karena satu-satunya di Sumbar. Dan ini bisa berdampak positif bagi kelompok penerima. Pesan dari kami betul-betul diberdayakan dengan sebaik-baiknya, mulai dari pemeliharaan hingga pengelolaannya,” katanya.
Kemudian Efdal Kavri menyarankan kepada para peternak sapi untuk memiliki asuransi ternak sapi, sehingga jika terjadi masalah bisa dikaver melalui asuransi tersebut. Lalu juga dalam hal pemeliharaan dan pembinaan juga harus mendapatkan pantauan.
Adapun bimtek ini ditujukan untuk menyamakan persepsi dalam beternak sapi dan menambah wawasan peserta dalam manajemen sapi. Peserta dari bimtek ini berasal dari camat, wali nagari, koordinator balai penyuluhan, dan juga pengurus kelompok tani penerima bantuan. (h/jum)














