PADANG, HARIANHALUAN.ID — Lembaga Riset Sumatera Barat Leadership Form (SBLF) merilis hasil survei persepsi pemilih di Sumatera Barat (Sumbar) sebelum dilakukannya proses pendaftaran calon wakil presiden – calon wakil presiden (capres-cawapres) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Hasilnya, Anies Baswedan unggul di Sumbar dengan elektabilitas mencapai 52,69 persen, disusul Prabowo Subianto 37,17 persen, serta Ganjar Pranowo 37.17 persen.
Direktur Eksekutif SBLF, Edo Andrefson, mengatakan, survey tersebut rampung diselesaikan pada awal Oktober silam. Penelitian melibatkan 3.200 orang responden yang berasal dari seluruh daerah di Sumbar dengan pertanyaan utama mengenai presiden pilihan mereka pada Pilpres 2024 mendatang. “Meski survei ini dilakukan sebelum pendaftaran capres dari masing-masing pasangan, namun hasil survei ini diperkirakan tidak akan berubah secara signifikan dengan pasangan yang saat ini muncul,” ujarnya kepada Haluan Selasa (23/10).
Menurut Edo Andrefson, karakteristik pemilih di Sumbar cukup cerdas dan rasional. Mereka akan menentukan pilihan politik di bilik suara berdasarkan rekam jejak serta apa yang telah diperbuat oleh sosok capres selama ini.
“Pada saat Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo selalu unggul di Sumbar. Ketika itu pilihan politik masyarakat Sumbar memang jatuh kepada Prabowo, karena memang saat itu Prabowo dianggap sebagai sosok antitesis dari Jokowi,” katanya.
Namun demikian, lanjut Edo, peta politik Sumbar menjelang Pilpres 2024 mendatang, akan jauh berbeda. Sosok Prabowo di mata masyarakat Sumbar saat ini, diprediksi tidak akan sekuat sebelumnya. Hal itu tidak terlepas dari terjadinya manuver politik Prabowo yang pada akhirnya memutuskan merapat ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi usai kekalahannya di Pilpres 2019 silam.
“Apalagi saat bergabung ke dalam kabinet Jokowi, Prabowo terlihat seolah-olah membiarkan dan tidak mengusik sedikitpun janji-janji politik yang pernah dilontarkannya kepada masyarakat ketika sudah menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi,” terangnya.
Berdasarkan kenyataan itu, sebut Edo, mesin politik Prabowo di Sumbar jelas harus bekerja ekstra keras lagi untuk bisa mengulangi kemenangan gemilang maksimal yang pernah diraih Prabowo di Sumbar di dua kali Pilpres sebelumnya. “Untuk mengulangi kemenangan yang nyaris hampir 80 persen seperti sebelumnya, sepertinya cukup sulit bagi Prabowo. Sebab pemilih Sumbar cenderung menyukai aura dan warna baru. Sosok ini ada pada figur Anies Baswedan,” ungkap Edo.
Jalan terjal bagi Prabowo Subianto untuk meraup suara maksimal di Sumbar, diperkirakan akan semakin sulit pascakeputusan politik mengejutkannya yang akhirnya memutuskan menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres. “Prabowo punya dua beban berat untuk menang di Sumbar. Pertama keputusannya masuk ke pemerintahan Jokowi, kedua menjadikan putra Jokowi sebagai cawapresnya,” tegas Edo
Edo menilai, sosok Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan Gibran Rakabuming Raka yang telah resmi didaulat sebagai Cawapres Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, pada dasarnya telah cukup familiar dan dikenal luas oleh masyarakat Sumbar.
Namun khusus untuk Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD, kata Edo, kedua nama ini memang mendapatkan tempat khusus bagi pemilih Sumbar. Terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU) kultural atau bahkan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekalipun.
“Nah, bagi pemilih yang berlatar belakang NU ini, Cak Imin mungkin agak kuat dibandingkan dengan Mahfud MD. Sebab selama ini Mahfud lebih dikenal sebagai tokoh hukum dengan jabatannya sebagai Menko Polhukam saat ini,” terangnya.
Edo berpandangan , kuatnya arah dukungan pemilih Sumbar berlatar belakang NU kepada Muhaimin Iskandar dibandingkan Mahfud MD, juga tidak terlepas dari jabatan Ketua Umum PKB yang saat ini diembannya. “Dengan posisinya sebagai Ketua Umum PKB. Cak Imin lebih unggul daripada Mahfud MD sebab dia punya infrastruktur partai yang bisa menggerakan pemilih dan juga basis massa NU,” tutupnya. (h/fzi)














