“Persoalannya saat ini sektor pertanian kita masih dikelola dengan cara yang sangat tradisional dan tidak pernah berubah sejak dulu. Padahal zaman sudah canggih dan sudah ada teknologi yang bisa memetakan,” ungkapnya.
Masih belum terlihatnya strategi pengelolaan dan pengendalian harga komoditas pertanian Sumbar yang tepat itu pun, juga ditambah dengan masih belum optimalnya penerapan teknologi pengolahan hasil pertanian yang notabene adalah komoditas yang mudah busuk dan tidak tahan lama.
Atas dasar itu, menurut Munzir Busniah, pemerintah sebaiknya mesti mulai memikirkan membuat suatu fasilitas teknologi pengawetan hasil pertanian. Teknologi itu bisa berbentuk Cold Storage maupun sebagainya.
“Jika kita punya fasilitas penyimpanan yang berpendingin, ketika hasil panen melimpah kita akan punya Buffer dan stok untuk mengendalikan harga di pasaran,” katanya.
Namun selama ini, ia menambahkan, hal ini tidak pernah ada sehingga pengelolaan produk hortikultura Sumbar masih berjalan secara alami dan bergantung pada mekanisme pasar dan ketersediaan stok.
Hal senada juga disampaikan oleh pakar pertanian Universitas Andalas, Dr, Ir Feri Arlius M.Sc, bahwa fluktuasi naik turun harga komoditas cabai yang terjadi di berbagai daerah di Sumbar sejak beberapa waktu belakangan, merupakan suatu hal yang wajar sesuai dengan hukum ekonomi dan dinamika supply dan demand di pasar.














