Menurut Feri Arlius, fluktuasi harga yang dilatar belakangi oleh mekanisme pasar tersebut, cukup sulit untuk dicegah apalagi dihindari karena Indonesia merupakan negara yang mengadopsi sistem ekonomi pasar bebas yang tidak bisa memaksa petani mau menanam komoditas apa dan luasnya seberapa.
“Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan dari kenaikan atau penurunan harga cabai ini , karena nanti semua akan balance kembali,” ujarnya.
Feri Arlius menilai, beberapa waktu sebelumnya, harga cabai di pasaran juga sempat terjun bebas dan membuat para petani selaku produsen menjerit. “Artinya, jika saat ini konsumen cabai menjerit, sebelumnya produsen cabai yang menjerit. Gantian. sesuai dengan mekanisme pasar,” ucap dia.
Ia menyebutkan, fluktuasi harga komoditas kebutuhan pokok di pasaran memang tidak bisa dikendalikan. Sebab semuanya berjalan sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan.
Namun demikian, satu-satunya cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi grafik naik turun harga di pasaran, adalah dengan memastikan kelancaran mobilitas distribusi dan transportasi produk-produk pertanian.
Ia menjelaskan, apabila memang harga cabai di Sumatra Barat sedang murah, masuknya pasokan cabai dari daerah tetangga mungkin akan bisa menekan harga cabai di pasaran sehingga lebih terjangkau oleh konsumen atau masyarakat.














